Ngada, SEKOLAHTIMUR.COM – SMA Negeri 1 Golewa Selatan, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur membutuhkan perhatian pemerintah khususnya dalam hal sarana transportasi. Hal ini dikarenakan jarak tempuh yang cukup jauh dari rumah peserta didik menuju lokasi sekolah.
“Kendala yang kami hadapi di sini terutama dan paling urgen adalah akses transportasi. Mengapa transportasi, karena mengingat jarak tempuh anak sangat jauh dari sekolah. Bahkan akses transportasi tidak ada sama sekali. Karena anak-anak yang sekolah di sini terdiri dari Boba, Utaseko, Zaa, Sadha, Ladja, Niba Mawo, dan beberapa daerah lainnya,” ungkap Kepala SMA Negeri Golewa Selatan, Regina Wake, S.Pd., ketika ditemui media ini di ruang kerjanya, Kamis (27/01/2022).
Ia menjelaskan, jarak tempuh dari desa-desa ke pusat kecamatan paling dekat 2 kilo meter. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi peserta didik yang berasal dari desa. Ia menyebut, ada anak yang harus mengeluarkan biaya cukup besar untuk biaya transportasi (motor ojek, red). Persoalan lainnya, ada sebagian anak yang sering terlambat masuk sekolah.
“Kalau menyangkut jalan sudah oke, tetapi angkutan tidak ada, sedih. Saya berharap baik pemerintah daerah, provinsi, bahkan pusat agar bisa menyikapi apa yang menjadi harapan kami. Mungkin ada mobil Damri yang ada di daerah agar bisa membantu kami, biar dikelola oleh pihak kecamatan dan biar dibayar oleh anak-anak untuk antar-jemput dari rumah ke sekolah, begitu juga sebaliknya,” harap Regina.
Selain transpostasi, ia mengakui kendala yang dihadapi pihaknya masih cukup banyak. Sekalipun demikian, ia mengapresiasi para orang tua/wali yang selama ini selalu bekerja sama dalam membangun sekolah di tengah sarana dan prasarana dan belum memadai.
“Saya sangat bermimpi dan terus berjuang agar anak-anak biar berada di tempat terpencil bahkan dari hutan tetapi target ke depan berpotensi global, dan siap berkompetisi dalam berbagai hal dalam bidang pendidikan. Kalau voli memang anak-anakku sangat oke, untuk putra dan putri. Hanya kurang sentuhan dan perhatian khusus dari pihak manapun selain orang tua dan guru,” tandasnya.
Terkait sekolahnya yang masih berstatus Akreditasi C, Regina mengatakan, hal tersebut bukan karena kualitas atau kemapuan guru tetapi dari sarana prasarana yang belum memenuhi apa yang dibutuhkan sekolah tersebut.
“Oleh karena itu pemerintah daerah, pemprov, juga pusat, jangan hanya perhatian penuh pada sekolah sekolah di kota tetapi alangkah baiknya dan agar ada keseimbangan dalam berbagai hal dalam bidang pendidikan, dengar dan turunlah agar siswa bisa bersaing di era globalisasi ini,” tuturnya.
Saat ini, lanjut Regina, SMAN 1 Golewa Selatan memiliki 150 peserta didik. Sementara tenaga pendidik dan kependidikan berjumlah 24 orang, dengan 3 orang guru negeri dan 6 guru PPPK. Sementara tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya berstatus honorer.
Tanggapan Anggota Dewan dan Masyarakat
Persoalan sarana transportasi SMAN 1 Golewa Selatan mendapat respon dari Wakil Ketua DPRD Kabupaten Ngada, Petrus Ngabi. Kepada media ini, Petrus mengakui bahwa persoalan tersebut sangat nyata dan butuh perhatian serius.
“Dari waktu ke waktu sering berpapasan saat saya berangkat kerja atau sebaliknya dan sering bertemu saat pagi mereka berangkat sekolah atau pulang sekolah. Sangat disayangkan karena jarak tempuh sangatlah jauh dan menyedihkan ada banyak yang menggunakan kendaraan roda dua milik pribadi dan lebih banyak lagi harus berjalan kaki dengan jarak tempuh paling dekat dua kilo meter dari rumah ke sekolah bahkan lebih,” ungkapnya.
“Jadi, inilah yang perlu kita suarakan juga diperjuangkan pada tupoksi yang berlaku yaitu tingkat provinsi bahkan pusat agar lebih serius untuk mengatasi kendala yang anak-anak alami sekarang menyangkut dengan transportasi sekolah. Kalau menyangkut dengan sarana parasarana lain masih dalam pembenahan dan bertahap seperti jalan masuk ke sekolah, asrama, tembok penyokong dan lain-lain kita tetap memperhatikan agar aktifitas belajar mengajar nyaman. Menyangkut dengan kapasitas dan tupoksi kita pemerintah daerah sudah upayakan dan masih dalam pembenahan, juga sedang berjalan tahap demi tahap,” tambahnya.
Warga Desa Boba 1, Vitalis Bere juga mengutarakan pandangannya terkait kendala transportasi yang dialami peserta didik SMAN 1 Golewa Selatan. Menurutnya, pemeritah provinsi, juga pemerintah pusat perlu lebih jeli dan memberi perhatian khusus agar hak anak untuk belajar bisa lebih baik dan lebih nyaman baik dari rumah ke sekolah ataupun sebaliknya. “Apalagi di daerah daerah seperti yang anak-anak kita lalui selama ini. Paling tidak ada solusi dari pihak pihak terkait,” tutur pensiunan guru ini.
Sementara itu mantan Kepala Desa Boba 1, Fansiskus X. Jawa, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang selama ini telah menaruh perhatian pada pendidikan di daerahnya, secara khusus bagi SMAN 1 Golewa Selatan. Menurutnya, keberadaan sekolah di daerah pedalaman telah mendekatkan pelayanan pendidikan bagi masyarakat.
“Menyangkut dengan transpotasi, kalau boleh diprioritaskan karena kita sebagai orang tua juga menyekolahkan anak di lembaga manapun sangat mengharapkan kenyaman. Kami akui kalau akses jalan sudah sangat bagus dan kami sangat berterima kasih kepada pemda, pemprov, juga pemerintah pusat. Kami sebagai orang tua sangat mengharapkan dan jawaban buat kenyamanan anak-anak kami dalam hal transportasi sekolah,” pungkasnya. (Novensius Filemon/ rf-red-st)