Media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh pendidik dalam rangka menyampaikan pesan kepada peserta didik (Damin, 2013). Seorang pendidik diharuskan menguasai berbagai macam media pembelajaran yang dapat membantu peserta didik lebih memahami isi suatu materi. Salah satu media pembelajaran yang bisa digunakan media pembelajaran berbasis visual.
Media visual dapat didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan terpadu melalui kombinasi mengungkapkan kata-kata dan gambar. Media visual sangat tepat untuk tujuan menyampaikan informasi dalam bentuk rangkuman yang dipadatkan. Media pembelajaran yang bersifat visual mampu membangkitkan minat dan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat meningktkan efektifitas pembelajaran. Menurut Ruth Lautfer (1999) media visual adalah salah satu alat bantu mengajar bagi pendidik untuk menyampaikan materi, meningkatkan kreatifitas peserta didik dan meningkatkan perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran. Media visual dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
Bayangkan, apa yang terjadi jika media tidak dimunculkan pada proses pembelajaran. Jawabannya, kemampuan peserta didik dalam menerima dan memahami materi akan jauh lebih lambat dan sulit. Materi menjadi monoton dan peserta didik merasa bosan dengan apa yang diajarkan. Oleh karena itu, media pembelajaran harus difungsikan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Semakin menarik media pembelajaran yang digunakan oleh pendidik akan semakin tinggi pula tingkat motivasi belajar peserta didik. Namun, dalam praktiknya, masih banyak dijumpai pendidik yang belum menerapka media pembelajaran secara inovatif, bukan hanya tidak menerapkan media tersebut, namun sama sekali tidak ada media pembelajaran di sekolah.
Hal ini sesuai dengan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMP Negeri Kie. Hasilnya, diketahui bahwa pengunaan media pembelajaran di sekolah tersebut masih sangat minim dikarenakan pendidik menganggap bahwa menggunakan media perlu persiapan, media itu barang canggih dan mahal, tidak biasa menggunakan media, di sekolah tidak tersedia media yang dibutuhkan pengajar dan pendidik sudah biasa mengandalkan metode ceramah dan diskusi.
Pemanfaatan media dalam pembelajaran seharusnya merupakan bagian yang perlu mendapat perhatian dari pendidik sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pendidik perlu mempelajari bagaimana memilih dan menetapkan media pembelajaran agar pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar dengan optimal. Berdasarkan hal tersebut, salah satu media visual yang dapat digunakan dalam mata pelajaran yang diasuh penulis (IPA Biologi) adalah herbarium tumbuhan.
Herbarium sebagai Media Pembelajaran
Herbarium merupakan media pembelajaran yang praktis dan ekonomis, karena dapat digunakan baik di kelas maupun di laboratorium. Herbarium tumbuhan sebagai suatu upaya untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan dengan memperlihatkan media visual dalam bentuk yang konkret, serta dapat digunakan peserta didik dalam sebuah persentasi atau diskusi, sehingga untuk dapat digunakan sebagai alat bantu pada saat mengajar.
Herbarium tumbuhan mudah didapatkan di lingkungan rumah maupun sekolah sehingga pembuatan media tersebut mudah dan sangat praktis dan tentu sangat berguna bagi pendidik dan perserta didik dalam memahami suatu materi, herbarium harus dibuat dalam bentuk herbarium kering. Herbarium kering adalah koleksi spesimen tumbuhan yang telah dipres dan dikeringkan, serta ditempelkan pada kertas (mounting paper), diberi nama jenis tumbuhan sesuai nama ilmiah, diawetkan serta disimpan dengan baik ditempat penyimpanan yang telah disediakan (Pinta Murni, 2017).
Herbarium ini mudah digunakan sebagai media pembelajaran dalam menyampaikan materi. Maka penulis mengembangkan herbarium kering dalam bentuk herbarium soft skills. Soft skills adalah kemampuan yang mencakup skill public speaking. Siswa dapat mulai belajar berbicara di depan publik seperti melakukan presentasi di depan kelas dengan mengunakan media herbarium. Misalnya, dapat menunjukan tata letak organ reproduksi tumbuhan khususnya pada materi sistem reproduksi tumbuhan. Media herbarium tersebut tentu berguna untuk memudahkan peserta didik berkomunikasi di depan banyak orang, serta apa yang di sampaikan mudah dipahami orang lain. Kemampuan berkomunikasi peserta didik akan dilatih dan akan sangat membantu dalam dunia pendidikan maupun dunia kerja nantinya.
Selain publik speaking, skill kepemimpinan yang baik tentu harus dimiliki oleh peserta didik. Untuk menjadi pemimpin terlebih dahulu peserta didik harus dapat mengatur diri sendiri sebelum mengatur orang lain. Pendidik harus memberikan motivasi bagi peserta didik untuk memiliki rasa tangung jawab yang tinggi terhadap semua hal yang akan dilakukan. Dengan cara memberikan tugas pembuatan herbarium dengan aturan yang ditentukan, hal ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab peserta didik yang tentu akan berpengaruh pada skill kepemimpinan peserta didik khususnya dalam memimpin diri sendiri.
Media herbarium juga berguna dalam meningkatkan skill kerja sama dalam sebuah tim. Sebab, dengan adanya kerja sama tim, pembuatan herbarium akan terasa mudah untuk dikerjakan. Peserta didik akan saling memberikan saran dan berbagi ilmu serta dapat mengembangkan ide menghasilkan produk herbarium yang menarik dan kreatif. Satu nilai tambahan lain yang jauh sangat penting adalah munculnya kerja sama tim untuk melakukan presentasi dan mempu menjawab pertanyaan dari kelompok yang lain. Dengan mengimplementasikan pembelajaran berbasis kolaborasi yang menuntun peserta didik sebagai pusat pembelajaran, maka PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) akan tercipta dan guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber pembelajaran yang monoton dan membosankan. (eny/rf-red-st)