Pengantar Redaksi:
Tulisan ini dipublikasikan dalam rangka Hari Sastra NTT tanggal 16 Juni 2023. Adapun isi tulisan ini merupakan salah satu bagian (sub: Gambaran Isi Novel) dalam esai berjudul Jejak Kepenulisan Gerson Poyk dalam Novel “Gerson Poyk, NTT, Bali, dan Aku” (dalam buku kumpulan esai “Umbu Sang Metiyem”; penerbit Gerbang Media Yogyakarta, 2023)
***
Novel Gerson Poyk, NTT, Bali, dan Aku adalah sebuah novel biografi yang ditulis oleh sastrawan Gerson Poyk dan putrinya Fanny J. Poyk. Novel dengan tebal viii + 174 halaman ini diterbitkan pada Oktober 2021 oleh Penerbit Kosa Kata Kita Jakarta dalam kerja sama dengan Gerson Poyk Foundation.
Novel ini diberi kata pengantar oleh Fanny J. Poyk sendiri. Selain itu terdapat beberapa tokoh yang memberikan komentarnya. Mereka adalah Ni Putu Putri Suastini Koster (istri Gubernur Bali I Wayan Koster), Putu Fajar Arcan (sastrawan dan redaktur sastra harian Kompas Jakarta), Wayan Jengki Sunarta (sastrawan Bali), Dr. Yosep Yapi Taum, M.Hum. (dosen Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta), dan Kuriniawan Junaedhie (sastrawan, CEO Penerbit Kosa Kata Kita Jakarta).
Secara keseluruhan, novel ini berisi dua bagian besar. Bagian pertama terdiri atas 6 subjudul (bagian), yang ditulis oleh Gerson Poyk. Bagian ini ditampilkan tanpa sebuah judul utama. Sementara bagian kedua diberi judul utama: Bali Serta Kisah Tentang Aku dan Bapak, berisi 9 subjudul (bagian), ditulis oleh Fanny J. Poyk.
Pada bagian pertama – yang tanpa judul utama, Gerson Poyk menceritakan pengalaman masa kecil hingga sebagian masa pendidikan awalnya, mulai dari Rote sebagai tanah kelahirannya, berlanjut pada beberapa daerah yang “disinggahinya”, mengikuti tempat tugas sang ayah. Daerah-daerah yang disebutkan Gerson Poyk dalam novel ini, selain Rote yakni, Bajawa, Ruteng, Ende (Flores), Soe (Timor) dan Waingapu (Sumba), dan Alor.
Gambaran Gerson Poyk tentang masa kecil dan masa pendidikan awalnya, ia rangkai dalam tiga subjudul (bagian) yakni, (1) Rote, di Sana Aku Dilahirkan; (2) Bajawa dan Kesadaran Pertama Soerang Anak; dan (3) Pergumulan Batin. Sementara itu subjudul (bagian) (4) Aku Tentang Aku dan (5) Aku dan Sastra, memuat semacam “rangkuman” Gerson Poyk sendiri tentang kisah hidup, keluarga, visi kepenulisan, dan karya-karyanya.
Bagian pertama – yang tanpa judul utama ini, ditutup dengan subjudul (bagian) (6) Gerson Poyk dan Idealisme Transendental Imanuel Kant. Ini lebih merupakan sebuah esai yang ditulis Gerson Poyk, mengangkat pemikiran salah satu filsuf yang ia kagumi, Imanuel Kant. Pemikiran Kant, sedikit banyak juga mempengaruhi visi kepenulisan Gerson Poyk, selain filsuf Jaques Maritain yang juga disebut Gerson Poyk dalam novel ini.
Sementara itu pada bagian kedua yang diberi judul utama: Bali Serta Kisah Tentang Aku dan Bapak, Fanny J. Poyk lebih banyak mengangkat kisah-kisah mengenai kehidupannya bersama Gerson Poyk (juga keluarga besanya) di pula Bali, meski dalam beberapa bagian Fanny tetap menampilkan sedikit kisah kehidupan di Jakarta, sebelum keluarga itu pindah ke Bali.
Fanny membuka bagian kedua ini dengan sebuah subjudul (bagian) yang diberi judul (1) Kenangan Tentang Gerson Poyk, berisi semacam “rangkuman” kisah Gerson Poyk tetapi terutama akhir hidupya, dan sejumlah penghargaan yang ia terima. Selanjutnya ada delapan subjudul (bagian) yang memuat keseluruhan narasi Fanny tentang kisah hidupnya bersama Gerson Poyk dan keluarga besarnya di Bali.
Delapan subjudul (bagian) itu yakni, (2) Meninggalkan Jakarta, Menapakkan Kaki di Bali; (3) Menetap di Rumah Tante Agustina dan Om Yahya; (4) Pindah ke Sanur; (5) Lo Lan, Perkampungan Cina dan Berpindah Tempat Tinggal; (6) Kontrakan Pak Sadra dan Pertemuan Para Sastrawan; (7) Ateng ke Paris; (8) Ateng dan Skizofrenia; (9) Teman-Teman Bapak. (Robertus Fahik)