Kab. Alor, SEKOLAHTIMUR.COM – Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur menyelenggarakan Bimbingan Teknis Guru Utama Revitalisasi Bahasa Daerah (Bahasa Abui, Adang, dan Kabola) pada tanggal 20—23 Maret 2024 di Kalabahi, Kabupaten Alor.
Kegiatan ini merupakan salah satu tahapan dalam pelaksanaan Revitalisasi Bahasa Daerah di Provinsi NTT Tahun 2024. Kegiatan ini diikuti oleh 55 peserta yang berasal dari guru sekolah dasar dan sekolah menengah pertama serta pegiat komunitas yang mewakili bahasa yang direvitalisasi.
Kegiatan bimbingan teknis guru utama bertujuan untuk mewadahi para guru guna berbagi praktik baik dalam pembelajaran bahasa daerah di sekolah maupun di komunitas. Peserta diharapkan mampu mengiplementasikan pembelajaran yang bersifat dinamis, adaptif, merdeka berkreasi, dan berkelanjutan.
Pendekatan-pendekatan ini diharapkan mampu menghidupkan kembali kecintaan generasi muda terhadap bahasa ibunya. Selain itu, sikap bahasa para penutur jati yang semakin menurun terutama di antara para penutur muda kembali positif. Kerja sama yang baik antar pemangku kepentingan sangat penting agar program revitalisasi bahasa daerah berjalan dengan baik.
Kegiatan Bimbingan Teknis Guru Utama Revitalisasi Bahasa Daerah (Bahasa Abui, Adang, dan Kabola) Tahun 2024 dibuka secara resmi oleh Sekda Alor, Drs. Soni Oktofianus Alelang. Dalam sambutannya, Soni menekankan pentingnya generasi muda memelihara bahasa dan budayanya sendiri sebagai bagian dari identitas serta jati diri.
“(Kita) di Alor ini memiliki banyak sekali bahasa daerah, baik yang di gunung maupun yang di pesisir. Beberapa tahun lalu saya sempat bertanya ke anak-anak di suatu desa dengan menggunakan bahasa Indonesia. Anak itu tidak paham. Namun itu dulu, saat ini situasinya terbalik. Ketika saya bertanya menggunakan bahasa daerah, banyak anak yang tidak mampu menjawab dalam bahasa daerah,” cerita Soni.
Soni juga menyampaikan, peran pemerintah bersama masyarakat sangat penting agar kelestarian bahasa daerah tetap terjaga. Ia mengungkapkan, sejak tahun 2016 Pemda Alor sudah memisahkan dinas kebudayaan agar fokus dalam bidang pelestarian budaya termasuk di dalamnya bahasa dan sastra daerah. Meskipun diakui bahwa anggaran serta program turunannya masih sangat terbatas. Oleh karena itu, Pemda Alor sangat berterima kasih kepada Kantor Bahasa Provinsi NTT yang lewat programnya terus menjadikan Alor sebagai salah satu daerah tujuan prioritas dalam menjalankan pekerjaan di bidang bahasa.
“Kita perlu bersyukur dan berterima kasih kepada Kantor Bahasa NTT yang terus memperhatikan Alor dalam program kerja mereka. Ini berkat untuk daerah kita. Program revitalisasi bahasa daerah ini harus didukung dengan baik,” pungkas Soni.
Sebelumnya, dalam sambutan pembuka, Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT, Elis Setiati menyampaikan, ini adalah tahun pelaksanaan revitalisasi bahasa daerah di Kabupaten Alor. Tahun 2022 dimulai dengan bahasa Abui, lalu pada tahun 2023 hingga tahun 2024 bertambah 2 bahasa yaitu bahasa Adang dan bahasa Kabola.
“Program revitalisasi bahasa daerah terus berjalan di Kabupaten Alor saat ini menyasar tiga bahasa. Semoga ke depannya akan ditambah bahasa-bahasa lain di daerah ini. Selain upaya pelindungan lewat revitalisasi di sekolah dan juga di komunitas, Kantor Bahasa NTT bersama pemda Alor akan mengeluarkan regulasi berupa perbup pelindungan bahasa. Semangat ini didukung penuh oleh Pj Bupati Alor beberapa waktu yang lalu. Bapak Ibu yang hadir diharapkan menjadi contoh utama sekaligs ujung tombak dalam melestarikan bahasa daerah baik di sekolah maupun di komunitas,” ujar Elis.
Hadir dalam kegiatan ini Plt. Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Alor, Mesak Blegur, S.Pi. serta Kabid PTK Dinas Pendidikan Kab. Alor, Suparman Thaib, S.Pd.. Keduanya masing-masing menyajikan materi dengan tema strategi dan implenetasi pembelajaran bahasa daerah di sekolah dan di komunitas.
Selain itu, kegiatan ini juga menghadirkan tiga narasumber yang memberikan penguatan dan penyegaran terkait materi-materi ajar Revitalisasi Bahasa Daerah, seperti menulis cerpen, puisi, cerita rakyat, berpidato, syair adat, lagu daerah, dan lego-lego. Tiga narasumber ini adalah Jefta Atapeni (sastrawan), Imanuel Nikson Ninef (penulis dan budayawan), dan Daniel Simon Lanma (pegiat komunitas).
Persebaran peserta atau guru utama Revitalisasi Bahasa Daerah di Kab. Alor sebanyak 32 orang berasal dari komunitas adat, komunitas literasi, komunitas pemuda gereja, dan komunitas pemuda masjid. Sebanyak 23 peserta lainnya berasal dari SD dan SMP di wilayah bahasa Abui, Adang, dan Kabola.
Diharapkan setelah mengikuti tahapan bimtek, para guru utama kembali ke sekolah dan komunitasnya masing-masing untuk mengimbaskan pembelajaran bahasa daerah kepada rekan-rekan guru dan terutama pembelajaran kepada siswa sebagai tunas muda bahasa daerah khususnya di Kabupaten Alor. (Pangkul/rf-red-st)