Sabtu, 27 April 2024, Indonesia kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya. Penyair Joko Pinurbo atau yang akrab dikenal dengan panggilan “Jokpin” menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 06.03 WIB di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.
Siapakah Joko Pinurbo dan seperti apa karya dan pencapaiannya? Berikut profil sang penyair, sebagaimana dihimpun redaksi dari beberapa sumber.
***
Penyair dengan nama lengkap Philipus Joko Pinurbo lahir di Sukabumi pada tanggal 11 Mei 1962. Ia merupakan alumnus Seminari Mertoyudan Yogyakarta dan alumnus Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sanata Dharma (IKIP Sanata Dharma, sekarang Universitas Sanata Dharma).
Semasa hidupnya, Joko Pinurbo banyak sekali menuliskan puisi-puisi yang ikonik dan populer di masyarakat. Hal ini tidak lain karena kemampuan Joko dalam membuat karya sastra yang kompleks dalam bahasa yang sederhana dan relevan untuk semua orang.
Pada tahun 2002, Joko Pinurbo mendapat penghargaan Sastra Badan Bahasa Kemendikbud. Ia juga telah mendapatkan penghargaan lainnya seperti, Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001), Penghargaan Sastra Badan Bahasa Kemendikbud (2002), Khatulistiwa Literary Award (2005), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa Kemendikbud (2014), South East Asian (SEA) Write Award (2014), dan Khatulistiwa Literary Award (2015).
Bagi Jokpin, menulis puisi adalah sebuah bentuk eksistensi diri. Tujuannya dalam menulis puisi awalnya karena sekedar senang, tetapi kemudian ia menyadari bahwa puisi adalah bentuk pewartaan yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki rasa cinta terhadap sesama. Toleransi hidup juga harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar tercipta kedamaian. Ia menginginkan orang yang membaca karya-karya puisi ciptaannya menjadi teringankan bebannya.
Penyair yang bermukim di Yogyakarta ini sering diundang ke berbagai pertemuan dan festival sastra. Karya-karyanya telah diterjemahkan antara lain ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Rusia, dan Mandarin. Sejumlah puisinya juga telah dimusikalilasi antara lain oleh Oppie Andaresta (dalam genre musik pop) dan Ananda Sukarian (dalam genre musik klasik berupa paduan suara dan tembang puitik).
Puisi-puisi Jokpin merupakan perpaduan narasi, humor, dan ironi. Ia piawai menggunakan dan mengolah citraan yang mengacu pada peristiwa dan objek sehari-hari dengan bahasa yang cair tapi tajam. Puisi-puisinya banyak mengandung refleksi dan kontemplasi yang menyentuh absurditas sehari-hari. Di sisi lain, Jokpin gemar mempermainkan dan mendayagunakan keunikan kata-kata bahasa Indonesia sehingga banyak puisinya hanya dapat dibaca dan dinikmati dalam bahasa Indonesia.
Ia sudah menciptakan banyak puisi. Beberapa karya Joko Pinurbo termasuk Celana (1999), Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (2007), Di Bawah Kibaran Sarung (2001), Pacarkecilku (2002), hingga Telepon Genggam (2003).
Kemudian, ada juga karyanya yang berjudul Haduh, aku di-follow (2013), Surat dari Yogya: Sepilihan Puisi (2015), Srimenanti (2019), hingga Tak Ada Asu di Antara Kita: Kumpulan Cerpen (2023).
Selain itu, Joko Pinurbo juga memiliki sejumlah antologi yang berjudul Tugu (1986), Tonggak (1987), Sembilu (1991), Ambang (1992), Mimbar Penyair Abad 21 (1996), Utan Kayu Tafsir dalam Permainan (1998).
Sumber:
https://www.usd.ac.id/berita.php?id=4159
https://id.wikipedia.org/wiki/Joko_Pinurbo