Instagram merupakan media sosial yang sangat populer di kalangan generasi Z saat ini. Perlu diketahui generasi Z adalah orang yang lahir pada tahun 1995–1997 untuk batas awal, hingga tahun 2010–2013 untuk batas akhir dari tahun kelahiran mereka (Wardhani et al., 2022). Generasi Z juga kerap dikenal sebagai generasi digital natives, hal ini karena mereka bertumbuh dalam lingkup perkembangan teknologi internet yang pesat. Sehingga, menggunakan gawai dan media sosial telah menjadi sebuah kebiasaan orang di kalangan ini bahkan, dari siswa siswi sekolah dasar hingga mahasiswa mahasiswi sudah pasti mengenal akrab terkait apa itu Instagram.
Instagram merupakan sebuah aplikasi berbagi informasi, berupa gambar dan vidio, atau foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan dibagikan di akun instagram. Gambar dan video yang sering dipublikasikan oleh pengguna akun Instagram biasanya disertai status atau takarir (caption) yang menjelaskan gambar dan video yang diunggah dalam akun tersebut. (Kholifah & Sabardila, 2020). Pada tahun 2021, sebuah penelitian menyatakan bahwa remaja usia 16–23 tahun sangat aktif dalam mengunggah postingan di Instagram dengan takarir berbahasa Inggris ditemukan 44 data interferensi bahasa Inggris terhadap penggunaan kata dan frasa pada takarir yang ditulis (Cahyani et al., 2021). Lantas, apa faktor yang memengaruhi hal tersebut?
Globalisasi versus Gaul
Sekarang ini, kita hidup pada zaman dengan perkembangan teknologi internet. Perkembangan ini memungkinkan semua informasi digital dapat kita akses kapan saja dan di mana saja. Bagi generasi Z, Instagram adalah hal yang penting, mereka dapat mengunggah kegiatan sehari-hari mereka dan berinteraksi dengan sesama lewat Instagram. Melihat dari banyaknya generasi Z yang lebih suka membuat takarir berbahasa Inggris, hal ini cukup lazim. Sebab, globalisasi telah menuntut kita untuk mampu berbahasa Inggris. Berbagai aplikasi, buku, laman internet, dan lagu saat ini lebih banyak berbahasa Inggris. Secara tidak langsung, hal ini membuat kita_yang tidak dapat berbahasa Inggris_akan tertinggal dari berbagai perkembangan lainnya.
Tentu saja, tidak ada dari kita yang mau tertinggal dari orang lain. Generasi Z pun sama halnya. Mereka tidak mau ketinggalan dari penggunaan bahasa Inggris di Instagram. Berdasarkan hasil penelitian pada sejumlah remaja didapat hasil bahwa remaja perempuan menyatakan merasa lebih elegan dan puas jika menulis takarir dengan bahasa Inggris (Cahyani et al., 2021). Lalu, sebanyak 13% penggunaan takarir berbahasa Inggris di sosial media disebabkan faktor sosial, ketika mereka tidak mau merasa tertinggal dari lainnya (Cahyani et al., 2021).
Faktor prestise pun mendukung interferensi penggunaan bahasa Inggris dalam takarir generasi Z. Mereka beranggapan bahwa dengan memakai bahasa Inggris takarir yang dibuat akan terlihat lebih menarik, keren, dan modis (Cahyani et al., 2021).
Cermat dalam Takarir
Sebagai Duta Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur, kami memandang penggunaan bahasa Inggris dalam takarir tidak sepenuhnya salah, karena lewat penggunaan ini generasi Z dapat belajar bahasa Inggris secara cepat dan aplikatif. Akan tetapi, penggunaan ini memerlukan edukasi bagi mereka agar cermat dalam penggunaan bahasa Inggris dalam takarir. Tentunya, hal ini perlu dilakukan dengan pendekatan secara bertahap misalnya, membuat kampanye media sosial dengan tagar #seharitakarirIndonesia. Kemudian, kita hendaknya menjadi teladan bagi orang lain untuk mulai menulis takarir dalam bahasa Indonesia dan membuat konten tentang penggunaan bahasa Inggris yang tepat untuk takarir. Sesama pengguna Instagram pun sebaiknya, apabila menemui pengguna lain yang menggunakan takarir bahasa Inggris, hendaklah tidak didukung dan dikomentari, melainkan diberikan saran yang terbaik dalam penggunaan kaidah bahasa Indonesia. Salam literasi! (Editor: Christin T. Weking/rf-red-st)