Kota Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Dalam upaya menghadirkan sekolah yang lebih sehat dan berdaya di Nusa Tenggara Timur (NTT), Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi NTT (BPMP NTT) menggelar kegiatan Refleksi dan Evaluasi Implementasi Gerakan Sekolah Sehat (GSS) Tahun 2024. Kegiatan ini tak hanya menjadi momen evaluasi, tetapi juga memperkuat sinergi dengan program Makan Bergizi dan inisiatif penganekaragaman pangan lokal, serta menciptakan dampak kesehatan holistik bagi warga sekolah. Acara refleksi ini berlangsung pada 7–9 November di Silvya Hotel Premier Kupang, dihadiri para pemangku kepentingan dari berbagai kabupaten dan kota di NTT.
Tahun ini, GSS telah diterapkan di 96 sekolah binaan, mulai dari TK/PAUD hingga SMA, serta 5 Sekolah Luar Biasa (SLB) dan 3 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Melalui kegiatan refleksi, BPMP NTT bersama Dinas Pendidikan se-NTT mengeksplorasi potensi kolaborasi untuk menguatkan ketahanan pangan lokal, serta mendukung kebijakan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) yang dipimpin oleh Badan Pangan Nasional (BPN).
Dalam sambutannya, Kepala BPMP Provinsi NTT, Herdiana, S.T., M.B.A., menekankan pentingnya GSS sebagai program yang memiliki banyak irisan dengan program nasional lain, terutama yang berfokus pada kesehatan dan gizi warga sekolah. “Gerakan ini tidak hanya tentang kesehatan fisik, tetapi juga melibatkan aspek mental, lingkungan, dan ketahanan pangan,” ujar Herdiana.
“Untuk mencapai dampak yang optimal, kolaborasi multi-stakeholder sangat diperlukan, terutama dalam program B2SA dan Makan Bergizi,” tambahnya.
Kepala BPMP NTT juga mengapresiasi kontribusi pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang bekerja sama dengan ICRAF (International Centre for Research in Agroforestry) dan BPMP NTT dalam menerapkan Kurikulum Muatan Lokal berbasis ketahanan pangan di 20 SD dan 10 SMP sejak Agustus 2024. Kolaborasi ini menunjukkan bagaimana ketahanan pangan lokal dapat menjadi bagian penting dari kesejahteraan warga sekolah.
Rinna Syawal, Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan di BPN, menyoroti dukungan penuh pemerintah melalui Perpres 81 Tahun 2024 yang mendorong percepatan penganekaragaman pangan berbasis potensi lokal. Menurut Rinna, “Peran sekolah sangat vital dalam mengedukasi siswa tentang pentingnya gizi beragam untuk hidup sehat dan produktif. Kurikulum lokal juga bisa menjadi wadah untuk menanamkan nilai-nilai ini sejak dini,” jelasnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS, Musa S. Benu, S.H., membagikan proses penyusunan kurikulum pangan lokal yang melibatkan tujuh tahap, mulai dari identifikasi kebutuhan hingga evaluasi bersama dan implementasi. Menurut Yeni Fredik Nomeni, Koordinator ICRAF NTT, proses ini melibatkan guru penggerak dari sekolah-sekolah yang menjadi sasaran program yang memastikan bahwa kurikulum ini relevan dengan kebutuhan daerah.
Kegiatan refleksi ini tidak hanya menutup perjalanan satu tahun pelaksanaan GSS, tetapi juga membuka peluang kolaborasi antar berbagai pemangku kepentingan di tahun mendatang. Kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dinas pendidikan, dan organisasi non-pemerintah diharapkan terus berkembang untuk mencapai kesejahteraan berkelanjutan bagi warga sekolah di seluruh NTT dan Indonesia. (Rilis Pers BPMP NTT/rf-red-st)