Pendahuluan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) bagian penting dari pendidikan di tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK). Kegiatan ini memberikan kesempatan siswa menerapkan ilmu yang telah dipelajari di kelas kedalam dunia kerja nyata. Bukan hanya tentang menjalankan tugas-tugas di tempat kerja, tetapi juga tentang pembelajaran, adaptasi, dan pengembangan diri. Dalam refleksi ini, saya akan menceritakan pengalaman saya selama mengikuti PKL, mulai dari pembekalan hingga kembali ke sekolah.
Pembekalan sebagai fase awal sebelum saya dan teman-teman mulai melaksanakan PKL. Pembekalan ini sangat penting sebab memberi gambaran awal tentang dunia kerja yang berbeda dengan lingkungan sekolah. Di sini, kami didampingi pembimbing sekolah dan industri. Materi yang disampaikan mengenai hal di dunia kerja, meliputi: etika kerja, pentingnya komunikasi, tata cara berpakaian profesional, hal teknis penugasan dan tata cara pembuatan laporan PKL saat kami sudah selesai melaksanakan PKL. Selain itu, berlatih menyusun laporan, yang nantinya menjadi salah satu penilaian akhir PKL.
Antusias Sekaligus Canggung di Awal
Hari pertama sebagai momen yang sangat mendebarkan. Saya ditempatkan di Kantor BKD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kantor ini mengurus administrasi kepegawaian ASN lingkup pemerintah provinsi NTT dan saya ditempatkan di bidang sistem informasi pegawai yang sesuai dengan jurusan yang saya pilih di sekolah. Kami berempat bertemu dengan pembimbing di tempat kerja, yang bertugas mengarahkan dan membimbing saya selama PKL.
Awalnya, ada rasa canggung karena harus beradaptasi dengan suasana baru, bertemu dengan orang-orang baru, dan memahami sistem kerja yang ada. Saya merasa sedikit gugup saat harus berinteraksi dengan rekan kerja yang jauh lebih berpengalaman, bertemu dengan orang-orang yang memiliki latar belakang, keahlian, dan pengalaman beragam. Dalam proses ini, saya menyadari pentingnya komunikasi yang baik untuk menciptakan hubungan kerja yang harmonis.
Dalam interaksi kerja, ada beberapa kesalahan yang saya lakukan, terutama di awal-awal. Misalnya, saya pernah salah memahami instruksi dari pembimbing, sehingga hasil kerja saya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Saya kecewa pada diri sendiri. Namun, pembimbing mengingatkan bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Ia menasehati, supaya selalu belajar dari kesalahan dan tetap memiliki sikap rendah hati. Dengan bimbingannya dan dukungan rekan-rekan, saya mulai nyaman berdiskusi, bertanya, dan bahkan memberikan masukan ketika diperlukan. Saya belajar lebih berhati-hati dan memastikan bahwa telah benar-benar memahami instruksi kerja sebelum memulainya. Hal-hal penting dicatat saat briefing atau diskusi, sehingga saya memiliki referensi yang jelas.
Ada momen berharga ketika saya ikut dalam sebuah rapat kecil bersama tim. Dalam rapat itu, saya diajarkan dan belajar bagaimana menyampaikan pendapat secara lugas namun sopan dalam keberagaman. Setiap orang memiliki cara kerja dan pandangan yang berbeda, dan saya perlu menyesuaikan diri agar dapat bekerja sama dengan baik. Antusiasme untuk belajar mengalahkan rasa takut dan canggung. Pembimbing Lapangan dengan sabar menjelaskan alur kerja dan memperkenalkan saya kepada tim kerja. Hari-hari awalku itu diisi dengan orientasi, pengenalan tugas, dan pengamatan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai di kantor tersebut.
Belajar Sambil Bekerja Bersama Pembimbing
Setelah hari-hari orientasi, saya diberikan tugas yang sesuai dengan bidang saya. Awalnya, saya kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan ritme kerja yang lebih cepat tidak seperti kebiasaan kegiatan di sekolah. inilah kesempatan untuk belajar lebih banyak. Saya bertugas memverifikasi Nomor Induk Kepegawaian ASN lingkup Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Menghadapi tantangan ini selain jaringan internet dan sistem aplikasi yang digunakan sering error, adalah banyak bertanya kepada pembimbing dan rekan kerja; belajar menggunakan aplikasi SI-ASN, yang berguna untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam hal pengelolaan aplikasi.
Selain tugas teknis, saya belajar etika kerja, seperti pentingnya datang dan pulang tepat waktu, menjaga hubungan baik dengan rekan kerja, dan bekerja profesional. Semua ini memperkuat praktik baik yang sudah diterapkan di sekolah. Peran pembimbing dan rekan kerja tidak hanya membimbing dalam menyelesaikan tugas, tetapi juga memberikan masukan konstruktif. Mereka selalu bersedia meluangkan waktu untuk menjelaskan sesuatu dengan sabar, meskipun mereka sendiri memiliki jadwal yang padat. Adalah Krisantus O. P. Metboki, S.Fil., dan Facun Baur, S.T., sosok inspiratif. Kedua mentor suka berbagi pengalaman dan memberikan tips praktis meningkatkan keterampilan. Saya belajar keberhasilan tidak hanya ditentukan kemampuan teknis, tetapi juga sikap dan etika kerja.
Positif Menghadapi Tekanan Kerja
Menjalani hari-hari di Kantor BKD diwarnai dinamika. Tantangan utama selama PKL adalah menghadapi tekanan kerja yang nyata. Berbeda dengan sekolah, di tempat kerja, setiap tugas memiliki tenggat waktu dan standar kualitas yang harus dipenuhi. Ada saat-saat ketika saya merasa stres karena pekerjaan yang menumpuk yang menuntut perhatian lebih atau karena juga belum memahami instruksi kerja dengan baik, sehingga tidak maksimal hasilnya. Ini sempat membuat saya merasa tidak percaya diri.
Saya ingat salah satu tugas besar yang saya kerjakan adalah memverifikasi NIK ASN lingkup pemerintah Provinsi NTT. Tugas ini membutuhkan koordinasi dengan beberapa rekan dan penggunaan keterampilan teknis yang baru saya pelajari. Awalnya, saya merasa kewalahan, tetapi saya berusaha untuk tetap tenang, pantang menyerah dan menyelesaikan tugas saya. Saya belajar lebih aktif mencari solusi, baik dengan membaca referensi tambahan maupun berdiskusi dengan pembimbing. Membuat daftar prioritas, mengatur dan membagi waktu dengan lebih efisien, dan meminta bantuan saat diperlukan. Akhirnya saya berhasil menyelesaikan tugas besar itu dengan hasil yang memuaskan. Saya bangga.
Betapa pentingnya rasa percaya diri menghadapi tantangan di dunia kerja; manajemen stres; kerja sama tim; dan membangun hubungan profesional dengan orang lain. Saya menyadari bahwa tekanan adalah bagian dari dunia kerja, dan yang terpenting adalah bagaimana merespons tekanan tersebut. Dengan fokus dan sikap yang positif, saya akhirnya dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan hasil yang memuaskan. Setiap hambatan adalah peluang untuk belajar dan bertumbuh.
Penerapan Ilmu dari Sekolah ke Dunia Kerja
Hal yang sangat membanggakan selama PKL adalah kesempatan untuk menerapkan ilmu yang saya pelajari di sekolah ke dunia nyata. Sebagai siswa jurusan TKJ saya bersyukur karena banyak materi ajar di sekolah relevan dengan tugas-tugas yang diberikan di tempat kerja. Mata pelajaran yang relevan Pemrograman Dasar, yang mana saya mengelola aplikasi SI-ASN untuk memverifikasi NIK ASN lingkup pemerintah provinsi NTT.
Saat menggunakan aplikasi SI-ASN, saya merasa terbantu karena sebelumnya sudah mempelajari dasar-dasarnya di kelas. Memang apa yang diajarkan di sekolah hanyalah permulaan. Di tempat kerja, harus belajar lebih banyak dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan standar kantor. Pendidikan formal penting sebagai dasar, dan dunia kerja tempat berkembang dan mengasah keterampilan.
Selain kegiatan kerja, ada juga momen-momen di mana kami serekan kerja melakukan kegiatan di luar pekerjaan, seperti makan siang bersama atau mengikuti kegiatan sosial, dan kegiatan keagamaan yang diadakan kantor. Momen-momen ini memberikan kesempatan untuk mengenal lebih dekat dan membangun hubungan yang lebih karib, pentingnya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan waktu pribadi.
Kembali ke Sekolah Mengintegrasikan Pengalaman PKL
Setelah menyelesaikan PKL, kami diminta untuk mempersiapkan laporan dan presentasi di BKD. Proses ini merefleksikan pengalaman yang telah dilalui, juga memberikan kesempatan berbagi pelajaran dengan teman-teman yang lain. Saya merasa bangga bisa menceritakan apa saja yang telah saya pelajari dan bagaimana saya mengatasi tantangan selama PKL. Dari diskusi, mendapatkan wawasan baru tentang bagaimana mereka menghadapi situasi yang berbeda di tempat kerja masing-masing di mana setiap pengalaman memiliki nilai yang berharga.
Selesai menjalani PKL, saya kembali ke sekolah dengan perasaan yang campur sari. Merasa lega karena berhasil menyelesaikan PKL dengan baik, tetapi merasa rindu tempat kerja. Ketika kembali ke sekolah, kami diminta untuk membuat laporan PKL dan akan dilakukan ujian laporan untuk mempertanggungjawabkannya. Proses ini membantu saya merefleksikan apa saja yang telah saya pelajari selama PKL.
Saya merasa banyak perubahan positif dalam diri. Meningkatnya rasa percaya diri mungkin salah satunya. Sebelum PKL, saya sering ragu dengan kemampuan saya, terutama saat menghadapi tugas-tugas yang menantang. Namun, setelah berhasil melewati berbagai tantangan di tempat kerja, saya merasa lebih yakin untuk menghadapi hal-hal baru. Hal lainnya, saya disiplin dan mandiri. Di tempat kerja, tidak ada yang mengingatkan saya untuk menyelesaikan tugas atau mengikuti jadwal. Semua tanggung jawab ada pada sendiri. Kebiasaan ini terbawa ke sekolah, dimana saya disiplin mengelola waktu dan menyelesaikan tugas sekolah.
Penutup
PKL sangat berkesan. Didahului pembekalan, menjalani tugas di tempat kerja, hingga kembali ke sekolah dengan pelajaran berharga membentuk karakter dan keterampilan saya. PKL tidak hanya mengajarkan tentang dunia kerja, tetapi juga tentang bagaimana menjadi pribadi yang lebih disiplin, mandiri, dan profesional sebagai bekal berharga untuk menghadapi tantangan baru di masa depan. Dalam PKL, kita tidak hanya berteori, tetapi mempraktikkan dan merasakan langsung bagaimana dunia kerja yang sesungguhnya.
Saya menyadari betapa pentingnya terus belajar dan berkembang. Dunia kerja tempat penuh tantangan, tetapi juga penuh peluang bagi mereka yang mau berusaha. Dengan semua pengalaman dan pelajaran yang telah saya dapatkan, saya merasa lebih siap untuk melangkah ke masa depan yang lebih cerah. (*)