Cerita Siswa
Pada upacara Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2024 lalu, berkumpul sejumlah guru bersama peserta didik dari sekolah-sekolah swasta Katolik di lingkungan Kelurahan Merdeka Kota Kupang. Sekolah peserta upacara itu berasal dari TKK Santa Maria Goreti, SDK Dasar Don Bosko 1 – 4, SMPK Santa Theresia, SMPK Giovanni dan SMA Katolik Giovanni Kupang. Setelah upacara bendera ada penampilan atraksi berbagai jenis potensi dan kearifan lokal NTT. Tujuannya adalah mendorong pengembangan bakat dan minat siswa di bidang seni, serta mendukung pelestarian tarian daerah dari masing masing kabupaten di NTT.
Ada seorang peserta didik dengan semangat tinggi datang bersalaman dengan saya. Yohanes namanya. Ia berceritera kepada saya. Begini ringkasan refleksi dari siswa itu: Saya adalah seorang remaja. Anak bungsu dari empat bersaudara, dua laki-laki dan dua perempuan. Saya sendiri berasal dari keluarga petani sederhana, yang karena tak mampu memberikan kesempatan untuk sekolah menjadi guru. Menurut kisah orangtuaku, banyak guru dulu yang ia kenal baik, karena sifatnya ramah, rajin, disiplin dan berwibawa, memberikan teladan dan panutan hidup di hadapan peserta didik dan masyarakat di kampung. Orang tua kami bisa hidup bertetangga, bergaul dengan orang sekitar kampung, saling berkunjung jika merayakan hari besar keagamaan, memberikan kepedulian dan empati. Di kampung, kami belum pernah melihat orangtua yang bertengkar atau berkelahi dengan guru.
Cerita pengalaman di atas menggambarkan bahwa seorang guru pahlawan bangsa dan negara tak mengenal waktu. Setiap hari bapak ibu guru mengajar peserta didiknya untuk mencerdaskan, mendidik dan membimbing generasi bangsa dan masyarakat. Siswa Yohanes berpendapat relasi interaksi sosial orang tuanya dengan guru di kampung benar-benar relasi pelayanan, cinta kasih dan ketaatan. Mereka para guru masing-maing menjaga spiritualitas yang baik, berkualitas bersama peserta didiknya. Ada keakraban dan keharmonisan dalam proses pembelajaran di Sekolah. Yohanes memperoleh inspirasi dari orang tuanya bahwa guru adalah orang dipilih, panggilan dari Allah sendiri. Guru adalah bangsa terpanggil untuk mencerdaskan anak bangsa dan masyarakat.
Guru adalah pelita hidup yang bernyala menerangi kegelapan kemiskinan, kebodohan. Guru memberikan panutan hidup dalam karakter, sikap sopan santu di masyarakat dan dalam keluarga. Guru diberi predikat sebagai nabi yang memwartakan ilmu pengetahuan, memberikan keadilan dan membangun persaudraan sejati antar umat manusia.
Pemahamanku Tentang Guru
Guru adalah profesi dan panggilan dari Allah sendiri. Sebagai orang terpanggil maka ia memiliki misi yakni penyelamatan dunia, mencerdaskan anak bangsa, menyiapkan sumberdaya manusia dalam bidang panggilan hidup. Guru menjalankan tugas panggilan sebagai pemahat budi manusia, merubah manusia yang tak berbentuk kepada manusia yang berbentuk lagi pandai, berbudi pekerti luhur. Menjadi pemahat manusia dibutuhkan orang berbakat, yang sedia dan rela mengabdikan diri untuk membentuk, mendidik,membimbing peserta didik menjadi manusia pekerja, manusia pendoa dan manusia pemikir bangsa yang hebat di masa depan. Panggilan khusus inilah guru diberi kehormatan pahlawan bangsa dan negara tanpa tanda jasa/nama. Citra nama inilah yang mengeruh pandangan masyarakat luas dan guru itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
Ada anggapan guru adalah orang yang lebih berjasa, lebih tahu memahami karakter bangsa dari orang yang dididik. Relasi pendidik dan yang dididik ini membawa konsekuensi logis terhadap relasi kerja, relasi antar manusia dalam kehidupan masyarakat. Situasi ini yang membentuk citra guru itu sendiri. Jadi, citra dan potret guru memang dibentuk oleh kedua belah pihak sehingga ada hasrat untuk mendapatkan citra atau potert guru yang didambakan, dirindukan oleh peserta didik dan masyarakat (orang tua). Penyatuan paham mengenai tugas pendidikan di sekolah dan di luar sekolah yang terjadi karena proses relasi interaksi sosial persaudaraan sejati yang memperjelas citra (potret) guru secara realistis.
Peranserta Guru
Dalam negara yang sedang berkembang dan membangun sumberdaya manusia untuk siap tinggal landas, negara membutuhkan kaum intelektual untuk mendidik generasi muda bangsa dan masyarakat menjadi pribadi berkarakter, bersahabat, berprestasi, berbudaya serta pribadi berakhlak baik. Ini diafirmasi dalam tema Hari Pendidikan Guru Nasional tahun 2024 yakni Guru Hebat Indonesia Kuat. Tema ini memberi inspirasi untuk peningkatan mutu pendidikan, guru menyiapkan sumber daya manusia berkualitas serta guru menyiapkan karakter bangsa. Ini menunjukkan citra bangsa Indonesi, jati diri ke-Indonesia-an. Kita Indonesia memiliki keberagaman, bermacam-macam suku, budaya, Agama, bahasa. Keberagaman ini merupakan sebuah kekuatan sebuah investasi negara yang menarik dalm bidang pembanguann manusia dan pembanguan fisik Indonesia.
Guru dalam masyarakat di manapun, masih merupakan kelompok masyarakat/orang yang sangat berperan dalam pembangunan bangsa Indonesia. Seperti apakah sosok guru yang didambakan? Ia berkepribadian dewasa, berwibawa, jujur/integritas, memiliki tanggung jawab, bersikap rendah hati, mendidik peserta didik penuh transparan dan terbuka, memiliki kepakaan terhadap kebutuhan peserta didik terutama dalam proses pembelajaran, persahabatan komunikasi sosial interaksi.
Guru dambaan menjadi solusi untuk membantu peserta didik dalam kesulitan belajar karena keluarga/orangtua memiliki permasalahan dalam mengajar dan mendidik anaknya di rumah. Guru yang bersikap dewasa akan memancarkan pengajaran yang berkualitas, memancarkan berbagai perilaku turunan berusaha mencari jalan untuk mengatasi kegagalan dalam studi peserta didik. Guru yang didambakan memiliki sikap kedewasaan membutuhkan proses dan latihan melalui disiplin terhadap diri sendiri serta relasi komunikasi dan interaksi sosil masyarakat yang harmonis meneynangkan.
Demikian dalam pengalaman pendidikan di sekolah bersama dengan peserta didik memberikan gerakan positif dalam penegakan kedisiplinan pesert didik dan guru pendidikan agama di sekolah. Guru Agama Katolik berperan serta aktif dalam membangun bangsa dan negara dengan tugas pokok adalah mencerdaskan anak didiknya. Ia sejak dibaptis telah menerima tugas perutusan itu, yakni menjadi imam, untuk menguduskan dunia dengan pengajaran/pewartaan. Tugas imamat umum ini dengan pola hidup doa, ekaristi, devosi dan kegiatan keagamaan Katolik. Tugas nabi, bahwa seorang guru diutus untuk memberitakan Injil Kerjaan Allah di kampong atau desa. Tugas raja, bahwa seorang guru Agama Katolik melindungi, memelihara serta membudidayakan pendidikan karakter peserta didik dalam aspek iman dan moral.
Misi guru Agama Katolik sangat mulia dalam tugas perutusan yakni meletakkan Kerajaan Allah. Iman Katolik harus teribat secara aktif dalam membangun bangsa dan masyarakat Indonesia. Iman pusat kehidupan pendidikan, ekonomi, politik, dan keamanan peserta didik. (*)