Kota Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Balai Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur terus menunjukkan komitmen dalam melestarikan dan mengembangkan kekayaan bahasa serta budaya daerah.
Selama periode 2020 – 2024, lembaga yang baru berubah nama dari Kantor Bahasa menjadi Balai Bahasa ini mencatat sejumlah prestasi signifikan, terutama di bidang perkamusan dan penerbitan buku cerita anak.
Sejumlah capaian itu dipaparkan dalam Rapat Koordinasi bersama mitra Balai Bahasa NTT yang diselenggarakan di Hotel Neo, Senin (16/12/2024).
Harta Karun dalam Kamus
Salah satu pencapaian utama Balai Bahasa NTT adalah penerbitan berbagai kamus yang memperkaya khasanah kosakata dan budaya masyarakat setempat.
Kamus Percakapan Sehari-hari Bahasa Kemak Dirubati (kerja sama dengan Djoese Martinus Nai Buti) dan Kamus Bahasa Bunak (kerja sama dengan Dr. Bele Antonius) misalnya, bukan hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga jembatan antar-generasi untuk melestarikan bahasa leluhur.
Sementara itu, Kamus Maritim Bahasa Rote–Indonesia–Inggris membuka peluang baru bagi masyarakat pesisir Rote untuk terhubung dengan dunia internasional.
Menyemai Budaya Baca Sejak Dini
Selain bidang perkamusan, Balai Bahasa NTT juga aktif mempromosikan literasi bagi anak-anak dengan menerbitkan buku cerita anak. Buku-buku tersebut umumnya ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
Buku-buku seperti Ayam Jantan dan Musang (Manu Lalu No’o Beku) serta Kera dan Seekor Bangau (Munak Ne Doda) tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal masyarakat NTT.
Karya-karya ini menjadi jendela bagi anak-anak NTT untuk menjelajahi dunia imajinasi sekaligus mengenal budaya mereka sendiri.
Kesuksesan Balai Bahasa NTT tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk ahli bahasa lokal, perguruan tinggi, dan komunitas masyarakat. Kolaborasi ini telah melahirkan karya-karya berkualitas yang mencerminkan kekayaan intelektual masyarakat NTT.
Kepala Balai Bahasa NTT, Elis Setiati, menyampaikan terima kasih kepada seluruh mitra atas dukungan yang diberikan. “Kami berharap kemitraan ini terus berlanjut, sehingga Balai Bahasa dapat memberikan kontribusi lebih besar dalam pelestarian bahasa dan budaya Indonesia,” ujarnya. (Eman Nara Sura/rf-rf-red)