Pendidikan Agama dan Budi Pekerti merupakan mata pelajaran penting di jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), karena berperan dalam membentuk karakter dan moral siswa. Mengajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti kepada siswa kelas XII SMK merupakan pengalaman yang penuh tantangan dan penuh makna. Kepada mereka mesti ditanamkan nilai-nilai etika Kristiani yang menjadi dasar dari tindakan moral dan kehidupan yang berkualitas.
Dalam proses pembelajaran pendidikan agama dan budi pekerti pada kelas XII SMK Negeri 6 Kupang diharapkan dapat menghasikan peserta didik yang memahami etika kristiani dalam penerapanya di lingkungan sekolah. Dalam memahami etika kristiani di lingkungan sekolah belum dapat sepenuhnya diterapkan secara maksimal oleh karena masih adanya prilaku peserta didik seperti adanya perundungan verbal (kata-kata makian) yang dianggap bahasa pergaulan dan candaan.
Diharapkan dari pembelajaran etika Kristiani itu mereka mendapatkan beberapa hal. Pertama, membantu siswa mengembangkan karakter yang baik, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin. Siswa diajarkan untuk menerapkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Kedua, mengajarkan tentang prinsip-prinsip etika dan moral yang berakar pada ajaran agama masing-masing. Hal ini termasuk nilai-nilai seperti kasih, keadilan, pengampunan, dan kerja sama. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai ini, siswa dapat menjadi individu yang bermoral dan etis dalam berbagai situasi.
Ketiga, dirancang agar relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Ini mencakup bagaimana berinteraksi dengan sesama, bagaimana menghadapi konflik dengan cara yang konstruktif, dan bagaimana membuat keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai moral yang kuat.
Keempat, melalui kegiatan praktis dan proyek siswa juga didorong untuk terlibat dalam kegiatan praktis dan proyek yang memungkinkan mereka menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Misalnya, mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan masyarakat, proyek lingkungan, kampanye sosial yang mendorong nilai-nilai budi pekerti.
Kelima, mengajarkan siswa untuk merenungkan tindakan dan keputusan mereka serta memahami dampaknya terhadap diri sendiri dan orang lain. Refleksi ini penting untuk pembelajaran seumur hidup, karena membantu siswa terus mengembangkan karakter dan moral mereka bahkan setelah mereka lulus dari SMK.
Dalam reflksi pembelajaran, saya menemukan akar masalah dan pemecahannya yakni bagaimana penerapan etika kristiani terhadap prilaku siswa kelas XII SMK Negeri 6 Kupang tahun pelajaran 2024/2025 dalam memperjuangkan nilai-nilai kehidupan di sekolah dan dalam masyarakat, berkaitan dengan proses belajar, saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Sering ditemukan marak terjadi perundungan di sekolah.
Perundungan verbal adalah masalah serius yang dapat memberikan dampak negatif jangka panjang pada korban. Dalam konteks pendidikan, khususnya di sekolah, sangat penting untuk menerapkan nilai-nilai etika Kristiani untuk mengatasi dan mencegah perilaku ini. Etika Kristiani, menekankan kasih, penghormatan, dan keadilan, dapat menjadi panduan dalam membentuk pergaulan yang sehat dan saling menghargai antar siswa. Nilai etika Kristiani mengajarkan pentingnya menggunakan kata-kata untuk membangun dan menguatkan, bukan untuk merusak. Dalam situasi di mana perundungan verbal telah terjadi, pengampunan adalah langkah penting mengajarkan siswa untuk memaafkan untk memulihkan hubungan yang rusak dan mencegah dendam atau permusuhan.
Manusia diciptakan oleh Tuhan menurut gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:26-30). Setiap individu memiliki sikap dasar dalam hidupnya: keadilan, kejujuran, kebenaran dan kasih yang di perjuangkan serta bertanggung jawab. Perundungan verbal adalah bentuk intimidasi yang menggunakan kata-kata untuk menyakiti, menghina, atau merendahkan seseorang. Dampaknya sangat merugikan, penurunan kepercayaan diri, stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Penting untuk mengatasi masalah ini dengan pendekatan yang efektif. Saling menghargai dan menghormati sesama manusia yang ada di sekolah.
Kita wajib menghargai dan menghormati, karena dalam ajaran Kristiani, kasih adalah nilai yang utama. Siswa diajarkan untuk mengasihi sesama, seperti yang diajarkan oleh Yesus: Allah adalh kasih (1 Yoh 4:8; bdk Gal. 5:22-23). Dengan mengasihi sesama, siswa akan lebih mampu memahami dan menghargai perasaan orang lain, serta menghindari tindakan yang menyakiti. Setiap manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan (Kej. 1:26-28), yang berarti setiap orang memiliki nilai dan martabat yang sama.
Siswa diajarkan untuk menghargai dan menghormati satu sama lain, menghindari tindakan yang merendahkan atau menghina. Mereka berada pada tahap perkembangan di mana nilai-nilai moral dan etika sangat penting untuk dibentuk dan diterapkan. Di sekolah, siswa diajarkan untuk menghargai dan menghormati teman sekelas, guru, dan staf sekolah. Selain itu, peran guru dalam membimbing dan memberikan contoh nyata juga sangat signifikan.
Di rumah, mereka menerapkan nilai-nilai ini dalam interaksi dengan anggota keluarga. Orang tua dan masyarakat juga berperan dalam mendukung penerapan etika ini di luar lingkungan sekolah. Di masyarakat, siswa diajak untuk memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap semua orang, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam kegiatan sosial.
Mengapa penting untuk menerapkan etika Kristiani ini? Karena dengan memahami bahwa setiap manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan, siswa dapat mengembangkan rasa hormat yang mendalam terhadap sesama. Ini membantu mencegah konflik, meningkatkan solidaritas, dan menciptakan lingkungan yang harmonis. Selain itu, penerapan nilai-nilai ini membantu siswa menjadi individu yang lebih baik, yang berkontribusi positif dalam masyarakat.
Penerapan nilai-nilai ini dilakukan melalui berbagai metode pengajaran dan kegiatan praktis. Di kelas, siswa diajak untuk mendiskusikan makna dari menjadi serupa dan segambar dengan Tuhan serta bagaimana ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga dilibatkan dalam simulasi dan role-playing untuk memahami lebih dalam tentang penghargaan dan penghormatan. Di luar kelas, siswa didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan masyarakat, di mana mereka dapat langsung mempraktikkan nilai-nilai etika Kristiani dengan membantu dan menghormati orang lain dalam kegiatan-kegiatan khusus seperti hari raya agama, proyek sosial, dan kegiatan pelayanan masyarakat menjadi momen penting mengaplikasikan nilai-nilai ini.
Sekolah dapat mengintegrasikan implementasi program pendidikan karakter yang fokus pada nilai-nilai Kristiani. Ini dapat dilakukan melalui kegiatan kelas: diskusi kelompok, dan contoh-contoh nyata. Pelatihan dan penyuluhan: tentang pentingnya saling menghargai dan bagaimana cara mengatasi perundungan dapat meningkatkan kesadaran siswa. Pengawasan dan dukungan guru kepada siswa yang menjadi korban perundungan. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan nilai Kristiani dan cara menangani perundungan verbal juga penting untuk memastikan konsistensi dalam penerapan nilai-nilai ini di rumah dan di sekolah.
Kesimpulan
Mengajarkan dan menerapkan materi “Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang dijadikan serupa dan segambar, untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain” adalah bagian penting dari Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di sekolah. Penerapan etika Kristiani tidak hanya membentuk karakter siswa, tetapi juga memberikan dampak positif yang luas bagi lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Proses ini membantu siswa untuk menjadi individu yang bermoral dan beretika, yang siap untuk menghadapi tantangan masa depan dengan integritas dan rasa hormat yang mendalam terhadap sesama.
Penerapan nilai-nilai Kristiani dalam keseharian siswa SMK dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi perundungan verbal. Dengan mengajarkan dan menginternalisasi nilai-nilai seperti kasih, penghargaan terhadap martabat manusia, pengampunan, keadilan, dan tanggung jawab sosial, siswa dapat mengembangkan lingkungan yang lebih positif dan harmonis, bebas dari perundungan verbal. (*)