Oleh Abraham Satya Graha, Ph.D., Belly Warly. M.Sn., Mardo Rigalti Abanat – Fakultas Seni Keagamaan Kristen, Prodi Seni Pertunjukan Keagamaan IAKN Kupang
Abstrak
Drama liturgi adalah bentuk seni yang memadukan elemen-elemen teater dengan elemen liturgi atau ibadah gereja. Meskipun menawarkan banyak manfaat, drama liturgi jarang dibuat di gereja karena beberapa alasan. Pertama, keterbatasan sumber daya menjadi kendala utama. Membuat dan melaksanakan drama liturgi membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit, dan banyak gereja mungkin tidak memiliki cukup sumber daya untuk mendukung produksi drama secara rutin. Kedua, kurangnya keahlian di bidang teater di antara jemaat atau pemimpin gereja juga menjadi hambatan. Tanpa pengetahuan yang memadai, sulit untuk menghasilkan drama liturgi yang berkualitas. Ketiga, tradisi dan kebiasaan yang ketat di beberapa gereja membuat sulit untuk memasukkan elemen baru seperti drama. Beberapa anggota jemaat mungkin juga memiliki persepsi negatif terhadap drama, melihatnya sebagai sesuatu yang kurang serius atau tidak pantas untuk ibadah.
Namun, jika gereja memutuskan untuk mengadopsi drama liturgi pada perayaan-perayaan hari raya gerejawi, banyak manfaat yang bisa diperoleh. Drama liturgi dapat menghidupkan ibadah dan membuatnya lebih menarik. Ini membantu jemaat merasakan cerita Alkitab atau pesan iman dengan cara yang lebih mendalam dan emosional, yang pada gilirannya bisa memperkuat iman mereka. Selain itu, drama liturgi memberikan kesempatan bagi jemaat untuk mengembangkan bakat mereka dalam seni peran, musik, dan keterampilan lainnya. Proses latihan dan produksi drama juga memerlukan kerjasama dan kolaborasi yang erat di antara anggota jemaat, membantu membangun hubungan yang lebih kuat dan rasa kebersamaan dalam komunitas gereja.
Pendahuluan
Ibadah tidak hanya melibatkan seni yang dapat didengar atau dilihat, seperti musik dan seni visual, tetapi juga seni yang menggabungkan keduanya, seperti drama dan tari. Seni-seni ini, meskipun rumit, mampu menyampaikan pesan pada berbagai tingkatan melalui representasi ide, gambar, atau narasi yang signifikan. Untuk memastikan peran seni ini dipahami dengan baik, refleksi dan instruksi cermat diperlukan bagi seniman maupun jemaat. Drama, sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan ibadah, mencerminkan dialog antara Tuhan dan umat serta memperkuat kesadaran akan kehadiran-Nya. Dalam ibadah, drama dapat menghidupkan kembali narasi Alkitab atau menggambarkan adegan modern yang membutuhkan respons spiritual.
Selama berabad-abad, drama dalam ibadah Kristen telah berkembang seiring dengan perubahan dalam teologi, budaya, dan ekspresi artistik, yang mencerminkan upaya berkelanjutan untuk melibatkan hati dan pikiran dalam ibadah kepada Tuhan dan pewartaan Injil. Pada abad-abad awal Kekristenan, drama berperan dalam perayaan liturgi. Dramatisasi sederhana dari cerita-cerita Alkitabiah, yang dikenal sebagai drama liturgi atau “drama misteri”, dilakukan dalam konteks kebaktian, khususnya pada hari-hari raya besar seperti Natal dan Paskah. Pertunjukan ini membantu menyampaikan narasi Alkitabiah kepada sebagian besar jemaat yang buta huruf.
Drama liturgi sebagai bagian dari seni yang menggabungkan elemen teater dengan ibadah gereja, dapat menciptakan pengalaman yang mendalam dan emosional bagi jemaat. Meskipun jarang diadopsi, drama liturgi memiliki potensi besar untuk menghidupkan ibadah, memperkuat iman jemaat, dan mengembangkan kreativitas. Dalam rangka memupuk nilai-nilai seni dan iman dalam kehidupan jemaat secara khusus pada generasi muda. Maka seminar ini ditujukan khusus kepada kelompok kategorial Angkatan Muda Musafir Indonesia (AMMI) di Lingkup Gereja Masehi Musafir Indoensia Klasis Kupang Barat. Kelompok AMMI merupakan tulang punggung seluruh aktifitas gerejawi. Setiap perayaan-perayaan hari raya gerejawi AMMI memegang peranan penting dalam seluruh kegiatan. Karena begitu penting peranan AMMI dalam seluruh pelayanan ibadah. Maka dipandang perlu memperlengkapi Komunitas AMMI dengan pengetahuan tentang Drama Liturgi sebagai bagian dari peningkatan bakat di bidang seni. Tetapi juga peningkatan kualitas iman melalui pemahaman Alkitabiah yang baik dengan mengakaji dan mendramatisasikan dalam bentuk drama liturgi. Namun disadari bahwa hal pekerjaan ini bukanlah hal yang mudah. Seni peran dalam lakon drama memerlukan pelatih yang baik dan pelatihan yang intensif. Belum lagi pemahaman jemaat pada umumnya yang mungkin saja merasa tidak nyaman atau berpresepsi negative terhadap bentuk pementasan drama di dalam gereja. Diharapkan dari seminar ini akan menstlimulus AMMI untuk membuat kegiatan gerejawi yang bukan saja dalam bentuk ibadah liturgis. Tetapi juga kegiatan-kegiatan non liturgis yang meningkatkan kualitas hidup mereka dalam bidang seni dan pertumbuhan iman.
Solusi Permasalahan
Drama liturgi sering kali tidak diadopsi di gereja karena beberapa alasan utama, seperti keterbatasan sumber daya, kurangnya keahlian, dan tradisi gereja lokal memandang secara negative tentang pentas drama di dalam gereja. Menjawab masalah ini Solusi yang dapat diberikan adalah. Pertama. Memberikan pemahaman tentang sejarah singkat tentang drama dalam ibadah. Robert Weber (1994. 657) Ibadah sebagai perayaan tindakan penyelamatan Allah dalam Kristus itu sendiri bersifat dramatis, menggambarkan hubungan antara Allah dan umat-Nya dan menghidupkan kembali Kristus yang hidup, mati, dan bangkit. Berpijak dalam cara pandang ini berapa hal yang perlu dipelajari dalam melihat sejarah drama dalam ibadah adalah: (1) Drama dan ibadah dalam Alkitab (2) Drama dan ibadah dalam Sejarah berikutnya (3) drama di dalam liturgi (4) drama dalam worship hari ini.
Selanjutnya hal yang harus dipelajari lebih lanjut adalah nilai dari pertunjukan dramatis. Drama merupakan sarana komunikasi yang sangat ampuh, mampu menggambarkan narasi dari berbagai sudut pandang dan menggambarkan tema-tema kosmis dalam situasi yang menyentuh kehidupan sehari-hari. Perencanaan dan pelaksanaan drama juga bermanfaat karena dapat memanfaatkan karunia berbagai orang dari segala usia dalam suatu jemaat. Esther Wien (1994). Drama dalam ibadah dapat menunjukan nilai-nilai kekristenan yang berupa gagasan dalam sebuah bentuk visual yang memiliki ekspresi untuk dipahami oleh semua kalangan. Untuk perlu pula melihat dan memilih type drama apa yang dapat digunakan dalam ibadah. James Speck (1994, 661) memberikan tiga type drama dalam ibadaha yaitu: (1) Ilustrasi Firman Tuhan, (2) Ilustrasi Penginjilan dan (3) Permainan Teatrikal. Setelah memahami sejarah, nilai dan type drama ibadah. Para peserta seminar juga di ajak untuk mempelajari beberapa naskah drama untuk ibadah. Naskah drama berdasarkan narasi Alkitab, Perumpamaan dan juga beberapa naskah drama yang berasal dari pelayanan-pelayanan penginjilan. Yang terakhir peserta adakan di ajar untuk bagaimana caranya memulai sebuah group drama. Mempersiapkan drama untuk ibadah memerlukan banyak waktu dan keterampilan. Untuk itu perlu mengidentifikasi permasalahan yang perlu ditangani dalam memulai pelayanan drama dan menjelaskan prosedur yang berguna untuk membuat proses ini efisien. Todd V. Lewis (1994) memberikan beberap petunjuk tentang bagaimana memulai sebuah group drama. (1) Merangsang jemaat berminat terhadap drama, (2) Mencari sumber Referensi Presentasi dramatik, (3) Menemukan Peminat drama, (4) Memilih karya pertunjukan dan casting, (5) beradaptasi dengan area pertunjukan, (6) Praktek Latihan dan pelatihan. (7) Melakukan pelayanan melalui drama.
Dengan memberikan berbagai informasi dan diskusi kelompok berkaitan dengan drama liturgi seperti yang disehutkan di atas, diharapkan hal ini menjadi sebuah solusi sekaligus pembinaan bagi Komuniatas AMMI di Klasis Kupang Barat menjadi pemuda yang semakin kreatif dalam bidang seni tetapi juga bertumbuh dalam iman.
Metode Pelaksanaan
1. Peserta
Kegiatan Pelatihan Drama Liturgi di ikuti oleh Anggota AMMI dari GMMI Klasis Kupang Barat. Adapun Peserta yang hadir berjumlah kurang lebih 50 orang yang terdiri utusan Angkatan Muda Musafir Indonesia GMMI Ayalon Oeli’i, Angkatan Muda Musafir Indonesia GMMI Pniel Kuantune dan Angkatan Muda Musafir Indonesia GMMI Gideon Tesabela.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan seminar tentang drama liturgi ini harapkan mampu memberikan paradigma baru tentang seni drama yang dapat dikembangkan dan diterapkan dalam pelayanan Gereja. Yang sekaligus berdampak pada peningkatan kreatifitas dan aktifitas seni maupun peningkatan iman yang dibuktikan melalui pelayanan drama liturgi. Kegiatan dilaksanan selama tujuh hari yaitu dimulai dari tanggal 2-8 Desember 2024. Dalam kegiatan tersebut di atas dimulai dengan seminar tentang seni drama liturgi dalam ibadah Kristen, mempelajari contoh-contoh drama dalam ibadah, Praktek seni peran, pembuatan musik latar pementasan drama dan yang terakhir membentuk sebuah group drama untuk pelayanan-pelayanan ibadah umum mapun ibadah khusus di Gereja. Adapun jadwal kegiatan tersaji sebagai berikut:
Hari Pertama. Senin, 2 Desember 2024 | ||
No | Kegiatan | Waktu |
1 | Perkenalan Tim dan Persiapan Pelatihan tempat pelatihan dan Audisi | |
Hari Kedua. Selasa, 3 Desember 2024 | ||
No | Kegiatan | Waktu |
1 | Seminar tentang drama liturgi | 3 jam |
2 | Mempelajari Naskah Drama | 3 jam |
Hari Ketiga. Rabu, 4 Dsember 2024 | ||
No | Kegiatan | Waktu |
1 | Pelatihan Komposisi Musik Latar | 3 jam |
2 | Pelatihan Seni Peran | 3 jam |
Hari keempat – keenam. Kamis-Sabut 5-7 Desember 2024 | ||
No | Kegiatan | Waktu |
1 | Pembentukan Group Drama dan Latihan | |
Hari Ketujuh. Minggu, 8 Desember 2024 | ||
No | Kegiatan | Waktu |
1 | Pelayanan Drama Liturgi |
3. Uraian Kepakaran, Tugas dan Pelaksana
Jenis Kepakaran | Uraian Tugas | Pelaksana |
Kajian Drama Liturgi | 1. Kordinator
2. Pemateri 3. Instruktur Liturgi |
Abraham Satya Graha |
Arangger Musik Latar | 1. Pemateri
2. Instruktur Musik |
Belly Warly |
Aranger Musik Latar | 1. Praktisi
2. Instruktur Musik |
Mardo Rigalti Abanat |
Instruktur/Praktisi Seni Peran | 1. Pemateri
2. Instruktur seni peran |
Chyntia T. Kambuno |
Target Capaian
Target yang diharapkan dari kegiatan ini yakni sebagai berikut:
- Memahami tentang Sejarah drama dalam ibadah Kristen memiliki cara pandang yang positif terhadap keberadaan drama dalam ibadah Kristen .
- Memahami tentang nilai dan type-type dan contoh naskah drama dalam ibadah Kristen, sehingga mereka mampu memilih drama dan mengangkat nilai-nilai Kristiani yang terkandung dalam setiap naskah/kisah
- Membuat/mengaransemen musik latar untuk pemenetasan drama
- Peserta membentuk group drama, berlatih dan melakukan pelayanam drama dalam ibadah gerejawi.
Daftar Pustaka
Robert Weber (1994); A Brief History of Drama in Worship. Music and The Art In Christian Worship Book Two
Esther Wien (1994) The Value of Dramatic Representation. Music and The Art In Christian Worship Book Two
James Speck (1994) The Type of Drama Use in Worship. Music and The Art In Christian Worship Book Two
Todd V. Lewis (1994) Beginning a Drama Group. Music and The Art In Christian Worship Book Two
——————————-
*) Artikel ini merupakan Laporan Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilaksanakan pada tahun 2024 dengan judul lengkap: PELATIHAN DRAMA LITURGI “MENYATU DALAM IMAN DAN SENI” PADA KOMUNITAS ANGKATAN MUDA MUSAFIR INDONESIA GEREJA MASEHI MUSFIR INDONESIA KLASIS KUPANG BARAT DI GMMI JEMAAT AYALON DESA OELI’I KUPANG BARAT. Laporan ini dikerjakan oleh tim dengan komposisi: Abraham Satya Graha, Ph.D. (Dosen/Ketua), Belly Warly. M.Sn. (Dosen/Anggota), Mardo Rigalti Abanat (Mahasiswa/Anggota)
Dokumentasi Kegiatan