Socrates pernah berujar, “Satu-satunya kebijaksanaan sejati adalah mengetahui bahwa kita tidak mengetahui apa-apa”. Saya merenungkan kedalaman kata-kata bijak filsuf Yunani ini. Semakin banyak saya belajar, semakin saya menyadari betapa luasnya ilmu pengetahuan dan betapa terbatasnya pengetahuan saya. Di balik keterbatasan itu, saya menemukan semangat untuk terus belajar dan tumbuh dalam keyakinan dan kebijaksanaan. Saya tahu bahwa saya tidak tahu, karena itu perlu kebijaksanaan untuk belajar mencari tahu.
Di era yang serba cepat dan penuh perubahan seperti sekarang, peran guru agama semakin krusial dalam menyalakan api semangat belajar dan iman pada generasi muda. Kurikulum Merdeka hadir sebagai angin segar dalam dunia pendidikan, namun juga membawa tantangan tersendiri bagi saya.
Tantangan tersebut tentunya bagi saya adalah suatu ujian untuk terus menyesuaikan diri seturut perkembangan zaman. Saya tahu dan menyadari bahwa tidak mudah untuk secara cepat memahami perkembangan zaman yang menurut saya cukup rumit. Namun, dengan kebijaksanaan saya tidak pernah berhenti belajar serta terus mengevaluasi diri dan meningkatkan pontensi yang ada di dalam diri.
Peluang yang Terbuka
Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan yang lebih besar bagi saya untuk merancang pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi peserta didik. Ini adalah sebuah peluang emas bagi saya untuk mengintegrasikan nilai-nilai agama Katolik secara lebih kreatif dan inovatif ke dalam proses pembelajaran.
Sebagai guru, saya memiliki kebebasan lebih besar dalam memilih materi, metode, dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Hal ini memungkinkan saya untuk menghadirkan ajaran agama dengan cara yang lebih menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Dengan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, memastikan saya untuk lebih mengenal peserta didik secara individual dan memberikan bimbingan yang lebih personal.
Tantangan yang Dihadapi
Selain peluang yang didapatkan, ada pula tantangan yang tidak sedikit dan cukup rumit. Pertama, perlu adaptasi yang cepat. Kurikulum Merdeka terus berkembang dan mengalami pembaharuan. Saya perlu terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Namun, Saya mengkritisi bahwa kurikulum merdeka ini perlu dibenahi dari sisi adminitrasi yang terus berubah-ubah sementara banyak guru yang sama sekali belum memahami dan masih perlu mempelajarinya serta menerapkannya dalam pembelajaran kontekstual.
Kedua, beda pemahaman tentang Kurikulum Merdeka. Tidak semua guru memiliki pemahaman sama tentang Kurikulum Merdeka. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan persepsi dan kesulitan dalam implementasi. Kurikulum Merdeka memang cukup baik dan terlebih memberikan ruang bagi siswa untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengekspresikan diri serta mengksplorasi berbagai pengetahuan sesuai bakat dan minatnya untuk kemudian dikembangkan dalam keterampilan. Pada awal penerapan kurikulum ini, saya sering terjebak dalam pola lama dengan kurikulum sebelumnya di mana saya lebih mendominasi kegiatan pembelajaran, sehingga terkadang peserta didik kurang dilibatkan di dalam prosesnya.
Strategi Menghadapi Tantangan dan Memanfaatkan Peluang
Ada dua strategi yang menurut saya cukup efisien untuk dilakukan. Pertama, pengembangan profesional berkelanjutan. Menghadapi tantangan, saya mengikuti pelatihan dan pengembangan profesional secara berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Beberapa kali mengikuti pelatihan, secara praktis memberikan pemahaman sederhana dan bermakna bagi saya.
Kedua, manfaatkan teknologi. Saya dapat memanfaatkan teknologi mencari sumber daya pembelajaran, berkomunikasi dengan siswa dan rekan guru, serta menciptakan pembelajaran yang interaktif. Saya memberikan kesempatan dan kebebasan peserta didik mencari seluas-luasnya pengetahuan yang berguna baginya di masa depan dari berbagai media baik online maupun media cetak yang berkualitas. Tentu diarahkan kepada hal-hal berguna pengembangan dirinya; pengetahuan, keterampilan dan pembentukan karakter yang berbudi pekerti.
Kesimpulan
Kurikulum Merdeka menawarkan peluang besar bagi saya untuk menciptakan pembelajaran yang lebih relevan, menarik, dan bermakna bagi peserta didik. Namun, untuk dapat memanfaatkan peluang tersebut, saya perlu mengatasi berbagai tantangan yang ada. Dengan terus belajar, beradaptasi, dan berkolaborasi, guru agama dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam pendidikan agama Katolik di Indonesia. (Editor: Patrisius Leu, S.Fl./rf-red-st)