Mengapa dan Bagaimana Saya Menjadi Seorang Guru Agama Katolik?

0
27
Oleh Yuliana Jao Pada, S.Pd., Guru SMA St. Arnoldus Janssen Kupang.

MENJADI guru sekaligus pendidik dan orang tua bagi anak-anak yang dipercayakan oleh keluarga merupakan hal yang menantang di zaman kekinian dimana terkadang kecerdasan intelektual diutamakan dengan mengesampingkan kecerdasan spiritual. Terlihat dari semakin rendahnya kemampuan orang mempertahankan diri dari pengaruh negatif dan mempertahankan tatanan hidup, semakin rendahnya nila-nilai kejujuran, sikap saling menghormati, keadilan dan nilai spiritual lainnya.

Pentingnya menanamkan kecerdasan spiritual kepada peserta didik sebagai acuan mereka memahami makna nilai kehidupan. Penanaman kecerdasan spiritual dilakukan melalui, pengajaran, bimbingan, latihan terus menerus sehingga dapat menjadi manusia berakhlak, bermoral, bertetika dan berbudi pekerti.

Ini dapat terwujud apabila dilakukan tenaga pendidik berkualifikasi mentransformasikan ilmu pengetahuannya kepada peserta didik secara baik dan benar sesuai kaidah pendidikan agama Katolik. Saya terpanggil untuk mentrasformasikan ilmu yang saya miliki, membimbing dan menuntun serta membawa peserta didik menjadi manusia yang berakhlak, bermoral, bertetika dan berbudi pekerti.

Suka dan Duka Menjadi Guru Agama

Tugas seorang guru agama Katolik bukan hanya mengajar tetapi sekaligus sebagai pendidik. Saya telah menjadi guru agama Katolik di sekolah swasta Katolik di kota Kupang selama 6 tahun. Dalam kurun waktu ini saya mengalami segala suka dan duka sebagai seorang guru. Hal sukanya adalah dengan mengajar agama Katolik saya bukan hanya sekadar mentransfer ilmu pengetahuan saja tetapi juga berusaha terus belajar mengoreksi diri, memperbaiki diri yang berkaitan dengan sikap dan karakter. Sebagai guru agama Katolik saya belajar untuk lebih mendalami agama Katolik yang memperkuat iman saya sehingga hal ini berpengaruh juga terhadap cara saya mentransferkan nilai-nila spiritual sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan agama Katolik.

Suka atau senang yang paling mendalam adalah ketika melihat perubahan positif dalam diri peserta didik di mana mereka tahu bagaimana cara menghargai, bersikap jujur, yang awalnya malas ke gereja kini mereka rajin. Bahwa mereka mampu menarapkan dalam kehidupan nilai-nilai spiritual yang saya tranformasikan kepada mereka.

Ada hari ketika saya merasa mengajar agama sebagai pembentukan karakter ternyata sulit, meskipun saya sudah berusaha keras. Kadang merasa putus asa dan jenuh. Tantangan terbesar ketika menghadapi peserta didik yang motivasinya rendah terhadap mata pelajaran agama membuat mereka cuek dan menganggap pelajaran agama itu pelajaran yang kurang penting. Meskipun begitu, sikap mereka ini mungkin dipengaruhi oleh perkembangan zaman, latar belakang peserta didik dan pengaruh globalisasi. Saya mesti berwawasan luas, beradaptasi dengan perbedaan; meningkatkan kompetensi profesional maupun spiritual; dan percaya setiap usaha akan berdampak nanti.

Memajukan Pendidikan Agama di Sekolah

Demi meningkatkan pendidikan agama Katolik di sekolah saya terlebih dahulu perlu meningkatkan kompetensi profesional. Peningkatan kompetensi profesional dapat dilakukan dengan membaca buku dan artikel yang berkaitan dengan pendidikan agama Katolik, metodologi pembelajaran pendidikan agama Katolik dan budi pekerti sehingga saya dapat menyajikan pembelajaran menarik dan bermakna bagi siswa. Selain kompetensi profesional saya juga meningkatkan kompetensi spiritual dengan mengikuti kegiatan spiritual lainnya, berdoa membaca dan merenungkan kitab Suci. Hal-hal ini diimbaskan kepada peserta didik.

Selain itu, saya menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, seperti orang tua, masyarakat, gereja dan rekan guru agar dapat menciptakan suatu lingkungan kondusif bagi peserta didik belajar mengembangkan nilai-nilai kristiani. Saya juga berusaha membangun hubungan yang baik dengan peserta didik dengan memberikan perhatian kepada mereka dan selalu berusaha untuk ramah terhadap mereka.

Mengapa Hal Ini Harus Dilakukan Sekarang?

Dewasa ini kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Sebagai konsekuensi logis, kita harus menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia yang disiapkan tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, harus pula memiliki iman dan taqwa. Dengan demikian generasi penerus selain mampu mengikuti perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, juga diharapkan mampu mengantisipasi pengaruh dari luar yang dapat merusak atau mengancam tatanan hidup, ideologi, kepribadian dan budaya bangsa. Pentingnya mengajarkan agama untuk menanamkan kecerdasan spiritual agar dapat mempermudah siswa dalam memahami makna nilai dalam kehidupan ini.

Nilai-nilai yang diajarkan dalam pendidikan agama Katolik akan membantu peserta didik menjalani kehidupan mereka dengan penuh tanggung jawab dan mampu melepaskan diri dari pengaruh buruk budaya masyarakat modern.

Pendidikan Agama di Sekolah dan Lingkungan Lain

Pendidikan agama Katolik di sekolah dapat membentuk generasi dengan kecerdasan akademik juga kecerdasan spiritual. Sekolah, tempat yang aman dan efektif untuk mengajarkan agama Katolik, tetapi pendidikan agama tidak boleh berhenti di sini. Lingkungan rumah dan gereja memiliki peran pembentukan karakter peserta didik. Ajaran agama yang dipelajari di sekolah mesti diwujudnyatakan dalam kehidupan, di rumah, masyarakat dan dalam komunitas gerejani. Kerja sama kolegial, dapat memperkuat nilai-nilai agama dan memberikan dukungan kepada siswa menghidupi ajaran agama dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Harapan di Masa Depan

Pertama, siswa tidak hanya tahu tentang ajaran Kristus, tetapi memiliki Kristus dalam hatinya dan mengaplikasikan ajaranNya dalam tindakan. Pendidikan agama harus membentuk mereka menjadi pribadi berbudi pekerti luhur, peduli sesama, dan berkomitmen merawat dunia lebih baik.

Kedua, melalui penggunaan metode pengajaran yang menarik dan relevan, siswa akan lebih banyak merasakan kedalaman ajaran agama dan menghidupkannya dalam kehidupan mereka. Ketiga, isi pengajaran pendidikan agama Katolik tidak hanya menjadi pelajaran di kelas, tetapi juga gaya hidup yang tercermin dalam setiap tindakan para pembelajar dan beradaptasi dengan zaman.

Penutup

Mengajar Pendidikan Agama Katolik dan budi pekerti di sekolah adalah sebuah perjuangan dalam membina karakter dan moralitas peserta didik. Suka dan duka ada dalam setiap langkahnya. Setiap usaha yang akan memberikan dampak positif bagi peserta didik. Bahwa dengan berkomitmen, dan berkanjang doa, bisa membantu peserta didik tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, penuh kasih, dan memiliki kedamaian batin yang baik. Guru Pendidikan Agama Katolik memiliki peran penting dan strategis pembentukan karakter dan pengembangan spiritual peserta didik. Ini akan terus diupayakaan dalam setiap pelajaran nilai-nilai agama yang baik. (Editor: Patrisius Leu, S.Fil./rf-red-st)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini