Setiap Langkah Mewujudkan Harapan

0
119
Oleh Yakobus J. Seran, S.Pd., Guru SMA SLB Negeri Pembina Kupang

Saya Guru Pendidikan Agama Katolik di SMA SLB Negeri Pembina Kupang, baru mengabdi 5 bulan setelah lulus seleksi P3K. Awalnya sebagai guru honorer yang mengajar di SMK Negeri 4 Kupang. Inilah kisah awal saya masuk di sekolah tersebut.

Deskripsi Pengalaman Mengajar di Sekolah

Sewaktu mendapat kabar penempatan di SMA SLB Negeri Pembina Kota Kupang, saya merasa tidak mampu. Anak-anak yang akan saya hadapi dalam proses pembelajaran adalah anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dan membutuhkan pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi fisik, mental, atau emosional mereka. Ketidakmampuan dan rasa tidak bisa menyanggupi sirna semuanya, manakala saya melihat dan bertemu langsung anak-anak di SLB dengan segala perjuangan dan semangat mereka. Saya merasa sangat terinspirasi. Melihat mereka berkembang, meskipun dengan keterbatasan fisik dan psikologis yang mereka miliki, memberi saya semangat dan motivasi lebih untuk terus memberikan yang terbaik sebagai seorang guru.

Masalah yang Dihadapi dalam Proses Pembelajaran

Alkisah, pada hari Rabu tanggal 11 September 2024 sekitar jam 08:40 pagi, jam mengajar saya pada siswa jenjang SMP dan SMA. Teman guru saya pak Eko mengatakan kepada saya bahwa pak Jems ada jam pembelajaran. Pada waktu itu saya sangat bigung mau mengajar apa? Kedua siswa SMA mempunyai latar belakang yang berbeda. Yang seorang Autisme, yakni gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi cara seseorang berkomunikasi, berinteraksi sosial, dan berperilaku; dan yang seorang lagi siswa kelas XII mengalami ketunaan. Tuna Grahita dan Tuna Daksa. Seorang anak dengan keterlambatan perkembangan intelektual (tuna grahita) yang juga mengalami gangguan fisik atau keterbatasan gerak (tuna daksa).

Saya bingung mau buat apa untuk dua siswa tersebut. Ditanya namanya, mereka tidak menjawab. Akhirnya semua pertanyaan yang saya tanyakan, saya jawab kembali. Hal ini membuat saya semakin bingung, saya sempat duduk menatap kedua anak tersebut selama kurang lebih 10 menit dengan air mata gugur-jatuh melihat keterbatasan mereka. Saya katakan dalam hati saya: “Terima kasih Tuhan, Engkau menempatkan saya di tempat ini, di sekolah ini adalah anugerah terindah yang Engkau berikan”. Sambil saya sempat melamun dalam hati, saya terkejut kedua anak tersebut berteriak. Pelajaran agama katolik dilanjutkan.

Solusi Menghadapi Siswa SLB dalam Pembelajran

Menghadapi siswa yang berkebutuhan khusus, saya harus memiliki strategi atau inovasi dalam pembelajaran. Saya mencari refrensi lain agar menciptakan pembelajaran dengan yang menyenangkan dengan memberikan materi menggunakan media visual, seperti gambar, foto, poster, media audio seperti rekaman suara, musik, game, dan lainya yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan baik. Akhirnaya saya dapat mengajar dengan baik karena dalam proses belajar mengajar saya lebih menyederhanakan materi-materi agar semua siswa SLB Negeri Pembina Kupang dengan berbagai ketunaannya seperti Autisme, Tuna Rungu, Tuna Netra, Tuna Grahita serta ketunaan lainya.

Saya dapat melewati proses pembelajaran satu semester ini dengan baik, walapun saya tidak pernah mendapat pelatihan khusus sebelum masuk ke sekolah ini. Keterbukaan diri dan keterbukaan ilmiah melalui belajar dari guru-guru senior, mencari refrensi dari di internet, diskusi dan konsultasi antar sesame rekan guru P3K pun dengan guru PNS terdahulu, saya bisa menyusuaikan pembelajaran dengan baik dan menyenangkan.

Penutup

Mengajar di sekolah SLB Negeri Pembina Kupang tidak mudah. Tetapi setiap langkah mewujudkan harapan. Kitab Suci memberi pengajarannya: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; dan ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Matius 7:7-8). Saya sebagai guru Agama Katolik di SLB dapat belajar bahwa pentingnya doa dan harapan kepada Tuhan, dengan keyakinan bahwa Dia mendengarkan permohonan kita dan hari ini. Hinga hari ini, saya dapat melalui dalam proses pembelajaran dengan baik bersama siswa SLB Negeri Pembina Kupang.

Bahwa melalui setiap langkah kecil yang saya bantu, saya bisa memberi sedikit harapan dan perubahan dalam hidup mereka. Walaupun rasa lelah dan sedih sering datang, saya menyadari bahwa setiap usaha dan kasih yang saya berikan adalah bagian dari tujuan besar yang Tuhan percayakan untuk saya sebagai guru. Salve. (Editor: Patrisius Leu, S.Fil./rf-red-st)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini