Kurang lebih sudah 13 tahun, lembaga pendidikan yang berfokus di dunia kemaritiman, telah melepaskan talinya dari pelabuhan sejak 26 Maret 2012 yang lalu. Kini, kapal yang menamai dirinya SMK Negeri 7 Kupang sedang berjuang mengarungi lautan. Kapal yang masih dibilang baru ini, awalnya hanya diinisiasi oleh segelintir orang yang punya harapan akan membawa kejayaan di tengah kerasnya arus lautan. Selain awak kapal yang sudah bertambah, kapal ini masih terus diupayakan menaikkan statusnya untuk selalu siap dan tangguh menghadapi segala tantangan.
Banyaknya personil dan fasilitas yang memadai, dirasa kurang cukup untuk berlayar jauh. Semua yang ada di dalam kapal harus punya tekad dan kesatuan jiwa yang sama untuk menghantar kapal ini ke tujuannya. Maka, diciptakanlah sebuah lagu berjudul Mars SMKN 7 Kupang. Mars ini bukan hanya memberikan semangat dan energi positif kepada seluruh awaknya, melainkan sebagai suatu seruan untuk memanggil jiwa kesatria agar hidup dan menjadi kekuatan untuk terus berjalan maju.
Kata “memanggil” tidak hanya merujuk pada sebuah perubahan bentuk, melainkan mengalami transformasi dari ide atau gagasan menuju suatu nilai yang harus diaktifkan dan dikonkretkan. Dalam kenyataanya, kata ini kurang atau bahkan tidak pernah kita ucap dan dengar dalam keseharian. Biasanya, kata ini sudah melekat dengan diri seseorang melalui namanya. Semisal, ketika kita menyebut nama seseorang, berarti itu kita sedang memanggilnya.
Dengan memanggil atau menyebut nama seseorang, menunjukkan hubungan kedekatan dan relasi yang harmonis dengannya, seperti menyapa dengan kata “sayang”. Selain itu, memanggil mengandung makna penghargaan yang tinggi. Orang yang kita panggil memiliki martabat dan kedudukan yang tinggi, sehingga kita mengundangnya untuk bersama-sama dengan kita. Artinya, yang jauh kita dekatkan.
Utopia SMKN 7 Kupang
Utopia dalam pandang umum, berkaitan erat dengan sebuah harapan akan sesuatu keadaan yang sempurna di depan. Sayangnya, tujuan itu hanya semata-mata sebuah angan-angan (khayalan) yang sulit diwujudkan. Terbalik dengan pemikiran Ernst Bloch, pemikir besar asal Jerman tentang masa depan. Ia membangun kerangka berpikirnya dengan semangat optimisme yang tinggi. Bloch yakin, semua harapan dan cita-cita yang ada di depan merupakan sebuah realitas yang belum dan menunggu untuk dinyatakan. Realitas itu bukan tidak akan pernah ada dan kosong, melainkan yang akan ada apabila ada perjuangan untuk menjadikannya. Cita-cita itulah yang sedang diperjuangkan oleh lembaga pendidikan SMKN 7 Kupang melalui butiran-butiran syair lagu Marsnya yang tertulis sebagai berikut:
Reff:
Berdiri tegap dan melangkah maju, SMKN Tujuh Kupang
Berkarya Ciptakan masa yang Cerlang, Kami Panji Bahari
Kedua baris pada refrein lagu Mars ini, menunjukkan ikatan yang kuat. Bait-bainya tidak hanya menjadi pintu masuk untuk melihat mimpi dari para pendahulu, melainkan juga keyakinan yang kuat akan kemampuan untuk menjadi lebih besar di masa yang akan datang. Utopi SMKN 7 Kupang, dibangun di atas semangat keberanian dan pengorbanan yang ditandai dengan tubuh yang berdiri tegap, serta siap selalu untuk terus berjalan maju tak kenal takut, walaupun ada begitu banyak tantangan dan persoalan yang sedang menanti di depan. Keperkasaan dan jiwa kesatria inilah yang akan menghantar kapal SMKN 7 Kupang berlayar di kedalaman dan luasnya pengetahuan dunia. Karena, kami adalah pejuang di lautan yang diceburi dengan rasa persatuan dan sikap saling menghargai, serta berbela rasa terhadap sesama. Nilai-nilai itu tertuang dalam syair di bawah ini:
- Menjadi pusat pendidikan, latihan Kemaritiman, dan Teknologi Informasi
- Berwawasan global, berbudaya local sesuai nilai luhur Pancasila
- SMKN Tujuh, SMKN Tujuh arungi samudera raya
Akar budaya yang kuat dan semangat persaudaran yang melekat dalam kesatuan dapat membimbing lembaga pendidikan SMKN 7 mencapai masa keemasannya. Sebagai sebuah kapal berbobot besar, SMKN 7 bisa menjadi terang yang menuntun dan teladan bagi kapal lain untuk sampai ke pelabuhan yang megah. Dialah primadona di lautan pelayaran intelektual dan di pelayaran niaga yang sanggup menarik perhatian, karena kecerdasannya melihat dunia, ketekunannya dalam bekerja, dan jiwanya yang tangkas. Gelar kemuliaan yang didapat di laut, hanya mungkin kalau menyadari diri sebagai anak yang dipelihara dan dibesarkan dengan baik oleh ibu. Sebaliknya, seorang anak harus dengan tulus mencintai ibunya dengan menaati keinginannya. Ibu itu adalah lautan. Perasaan itu yang tergambar dalam bait-bait yang ditulis di bawah:
- Dilahirkan budaya laut, dibesarkan dalam ilmu pelayaran inovatif
- Kembali mengabdikan ilmu dan hidupnya di samudera kehidupan jaya
- Taruna tangguh, Taruna bisa nan jaya, jadi merdeka
SMK BISA MERDEKA!!!
Tanggung jawab yang dipikul sebagai seorang anak, SMKN 7 Kupang harus mengabdikan dirinya melalui pikiran dan tindakannya kepada ibu lautan. Karena, laut yang telah memberinya makanan dan dari lautlah ia belajar tentang kehidupan, kerasnya kehidupan, dan luasnya kehidupan. Siapa menguasai laut, ia menguasai perdagangan sekaligus dunia. Hanya dengan ketangguhan, semangat, dan kerja keras, kehidupan yang baru sebagai sebuah “masa keemasan” yang dinanti-nantikan dapat direalisasikan.
Masa depan nan jaya, tidak hanya menjadi sebuah khayalan belaka, tetapi dapat dinikmati realitas yang dialami sekarang. Dengan demikian kemerdekaan itu, bukan sekadar utopi bagi SMKN 7 Kupang, tetapi yang jaya di laut dengan kemapanan dalam segala aspeknya. Dialah lembaga pendidikian yang berkarakter, kreatif dan inovatif, serta mampu berdaya saing. Itu dibuktikan dan benar adanya. SMKN 7 BISA OK. (*)