Pemakaman Sang Pemimpin

0
18
Oleh Patrisius Leu, S.Fil., Guru Penulis & Wakasek Kesiswaan SMKN 7 Kupang.

TRAGEDI pahit telah selesai. Jenazah-Nya dibungkus dengan kain lenan, diusung dan dimakamkan dalam sebuah makam sewaan yang tersedia di situ. Di sana Ia dibaringkan dengan tenang. Dari permulaan sampai akhir, Dia ada hanya untuk orang lain.

“Aku datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani (Mrk.10:45). Dan untuk melayani, Ia rela wafat di salib. Sekarang, telah tibalah saatnya, kemuliaan akan dimulai. Dia telah wafat, tetapi tubuh-Nya tidak akan binasa. Tubuh-Nya dibaluti rempah-rempah, minyak dan mur, dan tiga hari kemudian, Ia bangkit dari mati (Yoh.19:39-40). Cinta-Nya lebih kuat dari maut. Sengat maut tak berdaya dihadapan-Nya. Ia bangkit dari alam maut, dan tidak akan mati lagi. Semua yang telah dimakamkan sejak zaman purba dan sampai zaman akhir ikut bangkit bersama-Nya yang telah turun ke dalam lonong kematian untuk membwa semua orang yang dari masa ke masa menantikan Terang Ilahi itu, akhinra bangkit memperoleh hidup abadi, berkat kebaangkitan-Nya yang mengalahkan maut. Ia bangkit, alleuya. Inilah penutup yang menggembirakan.

Apa gunanya bila seumur hidup, aku berjuang setengah mati untuk mendapatkan kekayaan, kehormatan dan pangkat, dan kini harus berbaring dalam kubur, dengan jiwa yang menderita? (bdk. Mrk.8:36). Semua yang buruk, yang jahat, yang tidak cocok dengan ajaran Pemimpin, dikuburkan di sini. Kubur, bukan akhir hidup, melainkan jalan transit ke hidup abadi. Kita telah mati dalam dan bersama Kristus agar dibangkitkan bersama-Nya pula dari alam maut, dan memperoleh hidup yang baru. Hidup yang berbeda sama sekali dengan keinginan biologis dan dunniawi, tetapi hidup menjadi manusia rohani, manusia cahaya.

“Kalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia sendirian saja! Namun bila ia mati, ia berbuah banyak” (Yoh.12:24). Yesus telah mati. Ia pergi mendahului kita kepada Bapa, dan menyiapkan tempat bagi kita, supaya kita tahu jalan pada Bapa (bdk. Yoh.14:2-3). Pemimpin itu telah mati tinggalkan ajaran kasih, bagaikan asap dupa yang harum mewangi, korban bakaran yang membumbung ke surga tinggi.

Korban telah selesai, dan fajar Paskah telah tiba. Sekarang, saya pulang ke rumah untuk melaksanakan tugas pelayanan harian dengan sungguh-sungguh, untuk menyambut fajar paskah yang menggembirakan. Saya dapat memberi tempat untuk Yesus dalam hati saya yang bersih dan indah, ketika saya menerima komuni suci. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini