TTS, SEKOLAHTIMUR.COM – Sebanyak dua peserta didik kelas IX SMPN Liman tidak hadir dalam ujian sekolah (US) di lembaga pendidikan tersebut. Diberitakan sebelumnya, SMP se-Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) tengah melaksanaan ujian sekolah (US) tahun pelajaran 2021/2022 secara serentak bagi peserta didik kelas IX. Ujian serentak tersebut berlangsung Senin – Kamis, 25 – 28 April 2022.
Kepala SMP Negeri Liman, Jaconia M. Ch. Liu, S.Pd., yang ditemui di sela-sela pelaksanaan ujian di sekolahnya, Selasa (26/4/2022), menjelaskan bahwa berdasarkan data yang ada, jumlah peserta didik kelas IX dan yang harus mengikuti US tersebut sebanyak 179 orang, namun dalam pelaksanaannya ada dua peserta didik yang tidak hadir sehingga yang mengikuti ujian hanya 177 orang.
“Sesuai dengan jumlah peserta didik kelas IX ini ada 170 orang, tetapi dalam pelaksanaan ujian sekolah ini ada dua peserta didik yang tidak hadir atas nama Fertus Tane dan Maria De Araujo. Atas ketidakhadiran kedua peserta didik ini kami dari pihak sekolah telah memanggil orang tua/wali mereka, dan kami juga mengecek kedua siswa tersebut di rumah masing-masing namun kedua peserta didik tidak berada di rumah,” ungkapnya.
Jaconia menguraikan, terkait dengan kedua peserta didik yang mangkir dari ujian sekolah tersebut, pihak sekolah berharap agar para orang tua bisa mencari dan membawa mereka ke sekolah untuk mengikuti ujian susulan.
“Kami dari pihak sekolah sudah memanggil orang tua/wali siswa tersebut dan kami juga langsung mengecek kedua siswa itu di rumah namun mereka tidak berada di rumah. Karena itu diharapkan agar orang tua bisa mencari dan membawa mereka untuk ikut ujian karena nama mereka juga telah masuk dalam daftar peserta ujian. Karena itu masih ada kesempatan untuk mereka ikut ujian susulan,” tuturnya.
Ke depan, lanjut Jaconia, pihaknya akan terus berupaya agar pelaksanaan ujian sekolah maupun penilaian tengah semester (PTS) dan penilaian akhir semester (PAS) bisa dilakukan dengan moda daring. Menurutnya, jika pelaksanaannya dengan moda daring maka akan lebih menghemat biaya dan juga lebih simpel.
“Ke depan saya akan terus mendorong agar pelaksanaan ujian semacam ini bisa berbasis daring, karena perkembangan teknologi kian hari makin pesat. Karena itu peserta didik juga harus dibiasakan. Kendala yang kami alami di sekolah ini karena komputer atau laptop yang dimiliki sekolah hanya berjumlah 30 unit,” jelasnya.
“Karena itu kami berharap agar ke depan bisa ada penambahan karena jumlah peserta didik yang cukup banyak sehingga sarana pendukung seperti laptop belum menjawabi kebutuhan yang ada,” tandas Jaconia yang menambahkan bahwa dalam US kali ini SMP Negeri Liman memilih melakukan ujian tes tertulis dengan moda offline atau masih menggunakan kertas dan pensil. (Lenzho Asbanu/ rf-red-st)