Riwayat Hidupnya
Pohon yang baik menghasilkan buah yang baik. Buah yang baik jatuh tidak jauh dari pohonnya. Suster Maria, buah yang manis dari pohon Gereja. Ia sungguh buah manis yang telah memaniskan eksistensi Ordo Karmel dalam sejarah Gereja. Si buah manis, Maria Magdalena de Pazzi. Lahir pada tanggal 2 April 1566 di Firenze, Italia. Ia berasal dar keluarga Katolik yang hidup saleh dan taat dalam iman.
Kecintaan Maria de Pazzi akan hidup rohani dan doa serta devosi kepada Roh Kudus, membuatnya memberikan dirinya sebagai mempelai Ilahi dalam Ordo Karmel di Biara Suster Karmel Santa Maria dari Para Malaikat di Firenze, Italia, tempat kelahirannya. Sebagai rubiah Karmel, ia ‘bersembunyi’ dalam tembok klausura untuk bersemuka dengan Allah, Sang Mempelai yang dicintainya (bdk. 1 Raj. 17:3) dengan menjalani hidup doa dan laku tapa serta giat mendoakan pembaharuan Gereja.
Baginya Regula Karmel adalah “terjemahan”dari Roh Kudus, dan apabila orang-orang mengikutinya dengan sungguh-sungguh pasti akan menemukan kesempurnaan cinta, bahkan bisa menjadi mistik agung Ordo dan Gereja. Kesalehan hidupnya telah menjadikannya sebagai pemimpin hidup kesempurnaan di biara bagi para suster lainnya, dan meskipun ia mendapat banyak anugerah dari Tuhan, ia tetap rendah hati.
Suster Maria Magdalena de Pazzi meninggal pada tanggal 25 Mei 1607 dalam usia 41 tahun karena mengidap berbagai penyakit. Pada tanggal 8 Mei 1626, ia dibeatifikasi oleh Paus Urbanus VIII, dan oleh Paus Clemens IX ia digelari menjadi Santa pada tanggal 28 April 1669, atau 62 tahun setelah kematiannya. Pesta Santa kita ini dirayakan dalam kalender liturgi Gereja pada setiap tanggal 25 Mei.
Spiritualitasnya: Doa Bersama
Masuk dan hidup dalam Ordo Karmel adalah suatu rahmat istimewa bagi Maria Magdalena de Pazzi, sebab tidak semua orang dipanggil untuk masuk dan hidup dalam padang gurun rohani atau kontemplasi di Ordo Karmel. Meditasi yang mendalam, mengalami rahmat pengetahuan Ilahi, ekstase, askese, doa pemusatan, terserap di dalam Allah, dan mengalami transformasi ke dalam Allah, adalah jalan menuju kontemplasi yang dibuatnya di dalam padang gurun Karmel. Santa ini tidak memiliki metode dalam praktik doa dan kontemplasi, inilah keunikannya. Ia hanya berusaha mencintai Yesus dengan segenap hatinya, dengan memohon bantuan Roh Kudus. Cara hidupnya yang khas telah mengantarnya menjadi orang Kudus Mistik Karmel.
Sebagai Karmelit, ia menyadari betul panggilannya sebagai seorang kontemplatif yang harus selalu hidup di hadirat Allah. Namun, sebagai seorang rubiah atau pertapa Karmel, ia tidak mencari kesucian sendiri dalam doanya. Santa ini sangat menekankan pentingnya mendaraskan mazmur sebagai doa komunitas (doa Gereja).
Pernah terjadi, ketika seorang Novis datang kepadanya dan meminta izin supaya bermeditasi sendiri. Ia menjawabnya: “Puteriku, saya berpikir bahwa saya sedang menipu engkau, kalau saya mengizinkan engkau untuk bermeditasi pribadi. Engkau berpikir bahwa engkau memberikan kemuliaan yang lebih banyak kepada Allah melalui doa pribadimu; Sebaliknya engkau akan menemukan bahwa jasamu sangat kecil. Bila dibandingkan dengan Ofisi dalam kor, maka meditasimu atau doa pribadi memiliki nilai yang kecil di hadapan Allah.”
Menurutnya, doa kita tidak berciri Gereja kalau kita sibuk mencari kesucian diri di dalam doa kita, karenanya kita harus mendoakan semua anggota Gereja maupun orang-orang luar di luar Gereja. Jadi, yang penting adalah menyadari kehadiran Allah dalam segala situasi dan hidup di hadirat-Nya.
Lanjutnya, doa bersama mengalirkan rahmat yang besar jika dibandingkan dengan doa pribadi. Doa bersama merupakan kewajiban yang harus ditaati, sebab: “dengan berofisi, seorang dikaruniai Roh Kudus yang membimbing manusia untuk mencintai dan mencapai kesucian. Praktik memuji Allah di bangku kor sangat penting, agar Roh Kudus memberkati kita dan membuat kita suci seperti Dia adanya.”
Santa Maria Magdalena de Pazzi berpendapat bahwa persatuan dengan Allah merupakan syarat mutlak untuk menjadi bahagia melalui jalan pembebasan. Pembebasan dari kekurangan-kekurangan ini dapat dilakukan melalui kebajikan-kebajikan daan kerendahan hati.
Karya Roh Kudus, selalu menghiasi hari-hari hidupnya baik di dalam doa maupun dalam pengabdiannya kepada Allah, baik di waktu sehat maupun menderita sakit, yang dianggapnya sebagai jalan rahmat. Dengan mencintai Kristus, ia harus dan mau menderita bagi orang-orang yang dicintainya, maka tak heran bila ia memilih moto: “Bukan kematian melainkan penderitaan” demi Kristus dan Gereja-Nya.
Cintanya kepada Gereja dinyatakan dalam hidup kontemplatif di biara klausura Karmel, di situ pula ia selalu berdevosi kepada Roh Kudus, supaya mengalirkan cinta berlimpah-limpah kepadanya dan supaya ia juga dapat menyalurkan cinta yang sama tersebut kepada sesama.
Tentang devosi kepada Roh Kudus, ia menulis: “Kita akan mati karena cinta, jika kita melihat keindahan jiwa kita. Roh Persatuan dari Bapa dan perkenanan Sabda, Engkaulah Roh Kebenaran, upah para suci, kesegaran jiwa, terang dalam kegelapan, kekayaan para papa miskin, harta pencinta, kepuasan orang yang lapar, dan penghibur orang asing. Akhirnya, Engkaulah harta tempat segala kekayaan terkandung. Datanglah, ya Roh Kudus”.
Dengan demikian kita ketahui bahwa, karunia, kebahagiaan, dan buah-buah Roh Kudus telah diterima oleh Santa inidan Para Kudus lainnya yang telah mereka pupuk dan petik melalui doa dan pekerjaan baik, Misa Kudus dan Komuni, perayaan sakramen-sakramen, dan pemakaian sakramentalia.
Bentuk Devosinya Kepada Roh Kudus
Kunci kesuksesan dan kebahagiaan hidup suster Maria Magdalena de Pazzi adalah devosinya yang besar kepada Roh Kudus, sebab menurutnya Roh Kudus ada dalam jiwa kita yang suci (bdk. 1 Kor. 3:16; 6: 19). Demikianlah semua orang kudus dan setiap orang yang membuka diri kepada Allah selalu dipenuhi Roh Kudus.
Kita merupakan tabernakel-Nya yang hidup, sebab Roh Kudus tinggal di dalam jiwa kita, tidak hanya selama kita hidup tetapi selama-lamanya, Dialah meterai untuk masuk surga. Dia membeeri kita keceerdasan Ilahi-Nya, kehendak bebas dan kekuasaan untuk melihat masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang, seperti Dia sendiri melihatnya.
Ada beberapa cara devosi kepada Roh Kudus yang dipraktikkan suster Maria Magdalena de Pazzi. Pertama, dengan mempersembahkan doa-doa harian secara pribadi dan atau bersama, Misa Kudus, Komun Kudus, dan pekerjaan baik kepada-Nya serta memakai sakramentali secara benar. Kedua, dengan mempersembahkan semua kegiatan harian pribadi atau komunitas atau keluarga untuk menghormati Roh Kudus. Ketiga, dengan memanjatkan doa-doa khusus kepada Roh Kudus setiap hari sebagai bentuk devosi.
Selanjutnya, keempat, dengan mengucapkan doa-doa pendek dalam situasi suka maupun duka, situasi Kritis dan penting, dan lainnya. Kelima, dengan membuat tanda salib yang sopan, atau dengan menundukkan kepala pada saat mengucapkan kata Roh Kudus, atau dengan memberi penekanan pada kata-kata Roh Kudus pada saat kita membaca, berbicara, berdoa, bernyanyi, dan lain-lain. Atau bisa juga kelima hal di atas dipadukan dalam satu kali tindakan. Dan keenam, dengan menjaga tubuh dan jiwa supaya tetap murni, sebagai tempat kediaman Allah atau sebagai baik Roh Kudus.
Relevansinya
Roh Kudus telah bekerja dan memberi insprasi pada Gereja, sehingga banyak putera-puterinya meninggalkan kenyamanan dan kesenangan dunawi dengan mempersembahkan dirinya kepada Tuhan melalui pelayanan kasih terhadap sesama antaralain: dengan mendidik anak-anak dan kaum muda, merawat yang sakit, menolong yang miskin, menjaga yang buta-tuli dan tidak waras. Yang lainnya, pergi jauh, tanpa berharap akan kembali dan mengorbankan diri dalam setiap bentuk karya cinta kasih, baik karya-karya amal demi keselamatan orang kafir maupun memperteguh iman orang yang sudah menjadi pengikut Kristus.
Roh Kudus memang selalu bekerja dalam Gereja sepanjang masa, namun bila kita melihat realitas dunia sekarang ini di mana ada timbul banyak sensasi dan glamour sebagai gaya hidup, maka kita bertanya: Apakah Roh Kudus masih bekerja bagi kita? Mengapa banyak keluarga Kristiani yang tidak bahagia dan banyak yang bercerai? Mengapa para religius kurang bahagia dalam menjalani panggilannya: mengeluh, tidak taat, relasi konflik, merosotnya hidup rohani terutama penghayatan kaul-kaul kebiaraannya?
Dan mengapa kotbah para imam kurang menarik, kurang diserap maknanya oleh umat, bahkan setelah mengikuti perayaan Misa orang tidak bersukacita karena telah menerima santapan Sabda dan Komuni Kudus? Mengapa para pemimpin kurang dipercaya, baik kata-kata dan tindakannya, sehingga timbul banyak konflik berkepanjangan, kriminalitas, dan bahaya penyesatan?
Ada beberapa jawaban sebagai rekomendasi untuk hidup bahagia. Pertama, berdoa memohon bimbingan dan penerangan Roh Kudus, Sahabat kita yang paling sejati, yang tahu kebutuhan kita dan dapat menollong kita. Kedua, menyesuaikan perbuatan harian kita dengan apa yang kita minta dalam doa. Kita bekerja sama dengan rahmat Allah. Ketiga, menyelaraskan cita-cita hidup kita dengan cita-cita hidup Yesus yakni mewujudkan Kerajaan Allah di dunia. Kerajaan Allah bukanlah suatu tempat tetapi suasana sukacita di mana ada kasih, belaskasihan, pengampunan, dan terbuka pada bimbingan Roh Kudus.
Sering terjadi, kita kurang sukses dalam hidup atau hidup terasa berat untuk dijalani. Mengapa? Sebab perbuatan cinta yang kita lakukan tidak dalam suasana Kerajaan Allah; dan perbuatan cinta itu bukan di hadapan hadirat Allah; dan kita juga tidak setia menghayati tiga sakramen Roh Kudus: Pembaptisan-Penguatan-dan Pengampunan; dan bahkan kita sering melakukan dosa yang menghina Roh Kudus: keputusasaan, kesombongan, sikap tidak mau bertobat dan tidak mau mengakui kekuasaan Allah, dan iri hati terhadap perkembangan rohani oran lain. Namun, dosa yang tidak bisa diampuni adalah dosa melawan Roh Kudus: sikap tidak mau bertobat dan tidak mau mengakui dan menerima ke-Mahakuasa-an Allah (bdk. Mat. 12:31).
Roh Kudus selalu menolong bila kita mengundang Dia untuk masuk ke dalam hidup kita. Santa Maria Magdalena de Pazzi telah membuktikan hal itu, antara lain dengan jalan: pertama, menghayati Regula Ordo Karmel, yang disebutnya sebagai “terjemahan” dari Roh Kudus. Kedua,dengan doa, puji-pujian kepada Allah, devosi dan pekerjaan baik sesuai dengan Karisma dan Spiritualitas Ordo. Ketiga,dengan Misa Kudus, Komuni, Sakramen-sakramen dan Sakramentalia. Dan keempat,dengan studi dan kontemplasi serta pengolahan pengalaman hidup.
Inilah jalan yang ditawarkan oleh Santa Maria Magdalena de Pazzi menuju hidup mistik dan supaya menjadi Sahabat Roh Kudus yang sejati. Dan akhirnya, sikap keternukaan kepada Allah, sesama, dan diri sendiri, menjadi titik puncak kontemplasi transformatif yang mengubah kita menjadi orang Kristiani plus menjadi saudara awam para Karmelit. (*)
Daftar Pustaka
Biara Karmel Beato Dionysius, Majalah Ziarah, Maumere-Flores, Tahun V Nomor 2, 2001, hlm. 48.
Carmel in The World, 2000, Volume XXXIX, Nomor 3.
Indrakusuma, Yohanes, O.Carm., Dibaptis dalam Roh, Malang, 1981.
Indrakusuma, Yohanes, O.Carm., Hidup dalam Roh, Seri Karmelitana 3, Malang: Dioma, 1992.
Institut Karmel Indonesia, Ibadat Harian Khusus Ordo Karmel, Malang: Dioma, 1993, hlm. 100, 104-107.
Pertapaan Shanti Buana, Hidup dalam Roh, Majalah Rohani Katolik, Cipanas, Tahun VI Nomor 3, 2002.
Paul O’Sullivan, O.P., Roh Kudus, Malang: Dioma, 2004.
Schneiders, Martinus, CCM., Orang Kudus Sepanjang Tahun, Jakarta: Obor, 2000, hlm. 258.
Saggi, Louis, O.Carm., Saints of Carmel, Rome, Italia, Carmelite Institute, 1972, hlm. 195-220.
St Magdalena prega per noi🙏🙏🙏