Kota Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Museum Daerah NTT harus menjadi tempat untuk memperlajari budaya-budaya di NTT. Museum juga diharapkan mampu memberikan percerahan mengenai pentingnya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Hal ini disampaikan Kepala UPTD Museum Daerah NTT, Aplinuksi Asamani, S.Sos., M.Si., dalam kegiatan bertajuk Sosialisasi Kain Tenun Songket dari Kabupaten Manggarai yang digelar UPTD Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PK) Provinsi NTT pada Kamis (24/11/2022) di Kupang.
“Museum akan terus selalu melakukan pengkajian ke depan, sehingga benda-benda koleksi yang ada di Museum ini semakin dikenal oleh masyarakat NTT dan lebih luas. Dengan belajar di Museum kita akan mengenal jati diri, nilai-nilai sosial, budaya, dan agama,” ungkapnya.
“Strategi Museum adalah bagaimana mempublikasikan Museum melalui kekayaan budaya yang ada, tentu dengan melakukan pengkajian dan sosialisasi secara terus-menerus. Itu yang harus dilakukan,” jelas Aplinuksi Asamani.
Ia menambahkan, perlunya pengetahuan dan pemahaman tentang kebudayaan masyarakat NTT dimasukkan ke dalam dunia pendidikan. Dari situlah, Musem NTT telah berkolaborasi untuk melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah.
“Pendidikan budaya menjadi penting di sekolah-sekolah. Karena salah satu muatan lokalnya adalah sejarah dan budaya NTT. Tentu melalui sosialisasi kain tenun ini, termasuk kain tenun Manggarai ini menjadi sesuatu yang wajib kita pelajari di sekolah dan seluruh budaya yang ada di NTT,” ujarnya.
“Jadi ada suatu program yang mana Museum ke sekolah-sekolah atau sekolah yang datang mengunjungi Museum agar tercipta sebuah hubungan dan kerjasama yang baik untuk mengkomunikasikan benda-benda yang ada di Museum ini,” tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, salah satu Narasumber dan Tim Pengkaji Museum NTT, Dra. Rosalia Idam menyampaikan, makna simbolis yang terdapat di dalam motif-motif kain Songket tidak terlepas dari kehidupan masyarakat Manggarai yeng begitu dekat dengan alamnya.
“Orang Manggarai sejak dahulu kala memiliki kedekatan yang tinggi dengan alam, makanya motif pada tenunan Songket itu lebih banyak diambil dari tumbuh-tumbuhan. Jadi bagaimana tumbuhan itu memberi makna dalam kehidupan orang Manggarai,” tandas Rosalia Idam.
Lebih lanjut, Rosalia menerangkan bahwa kebudayaan adalah warisan leluhur yang kaya akan simbol dan makna serta nilai-nilai yang luhur. “Kebudayaan itu ibarat sebuah buku yang di dalamnya berisi pendidikan nilai dan falsafah hidup yang harus dipelajari dan dijadikan pedoman hidup,” ujarnya.
Sementara itu, Narasumber lainnya, Drs. Zacarias Angkasa, M.Si., menuturkan bahwa kebudayaan selalu punya kaitan erat dengan segala ritus kehidupan termasuk kain Songket terhadap hidup masyarakat Manggarai.
“Dulu Songket hanya dipakai dalam urusan-urusan adat dan di dalam permainan Caci untuk laki-laki. Bagi perempuan, Songket merupakan lambang kecantikan. Akhirnya Songket merupakan bagian dari seluruh kehidupan orang Manggarai, mulai dari lahir sampai dengan kematian. Yang nampak dari orang Manggarai itu ada pada ritus perkawinan dan kematian,” urai Zacarias Angkasa selaku tokoh masyarakat dan pemerhati budaya. (Yosi Bataona/rf-red-st)