Jakarta, SEKOLAHTIMUR.COM – Dalam rangka meningkatkan kompetensi literasi dan menumbuhkan minat baca peserta didik, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa meluncurkan program Merdeka Belajar episode ke-23 dengan tema “Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia”.
Peluncuran dilakukan secara tatap muka dan daring melalui aplikasi zoom meeting serta disiarkan secara langsung melalui kanal youtube Kemendikbud RI pada Senin (27/02/2023), dan dihadiri secara langsung oleh Mendikbudristek RI Nadiem Anwar Makarim.
Pembiasaan dan Sesuai Minat Anak
Dalam laporannya, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E. Aminudin Aziz, menyampaikan, upaya meningkatkan kemampuan literasi peserta didik harus dimulai dengan pembiasaan membaca sejak usia dini dan disertai dengan tanggung jawab bersama semua pihak.
“Kemampuan literasi erat kaitannya dengan kebiasaan dan pembiasaan membaca yang dilakukan oleh masing-masing individu sejak usia dini. Bukan kebiasaan yang dadakan, apalagi dipaksakan,” ujarnya.
“Kebiasaan membaca sejak anak-anak ini, akan memberikan hasil yang jauh lebih baik apabila lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat, turut memfasilitasi kegiatan membaca ini untuk menjadi sebuah kegiatan, sebuah gerakan bersama-sama,” tandasnya.
Lebih lanjut, Aminudin Aziz menegaskan, persoalan mendasar dari rendahnya minat baca peserta didik disebabkan oleh minimnya ketersediaan buku yang sesuai dengan minat bacanya. Ia menambahkan, untuk mengatasi hal tersebut Kemendikbudristek melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kelangkaan bahan bacaan yang bermutu agar memperoleh hasil yang maksimal.
“Pengamatan yang kami lakukan melalui tim internal Badan Bahasa dan juga melalui kerja sama dengan para pegiat literasi masyarakat menunjukkan bahwa anak-anak kita sesungguhnya memiliki minat baca yang sangat tinggi. Persoalan yang justru muncul adalah ketika minat baca yang tinggi itu tidak didukung oleh kecukup-tersediaan buku bacaan, kalau pun tersedia bahan bacaan itu belum tentu merupakan bacaan yang sesuai dengan minat anak yang dibuat dari perspektif anak,” ungkapnya.
“Kemendikbudristek menempuh berbagai cara untuk memperoleh hasil yang paling optimal. Selain melalui sayembara penulisan buku anak, bimbingan teknis penulisan buku anak, kerja sama dengan berbagai lembaga masyarakat, pegiat literasi dan buku bacaan anak, kami juga melakukan penerjemahan buku-buku bacaan anak berbahasa daerah atau bahasa asing. Kini kita memiliki koleksi yang cukup banyak untuk digunakan sebagai sumber belajar guna meningkatkan kemampuan literasi anak yang tersedia dalam bentuk cetak dan digital,” jelasnya.
Buku Bermutu dan 3 Pilar Program
Sementara itu dalam paparannya sebelum meluncurkan program Merdeka Belajar ke-23, Mendikbudristek RI Nadiem Anwar Makarim menegaskan, upaya meningkatkan kompetensi literasi hanya dapat dicapai dengan pelatihan dan pendampingan sekaligus dengan ketersediaan buku bacaan yang memadai.
“Sudah banyak riset yang membuktikan bahwa pelatihan terhadap literasi tanpa digabungkan dengan pemberian buku-buku, itu tidak akan optimal. Di kemampuan membaca anak, pelatihan itu menghasilkan 10% peningkatannya, tetapi kalau kita gabung dengan buku-buku yang menarik untuk anak-anak, itu dampaknya menjadi 18% peningkatannya, itu luar biasa masif,” ujarnya.
“Jadi poin saya, nggak bisa satunya doang. Nggak bisa pelatihan doang, tapi nggak dengan buku-buku yang bermutu, begitupun sebaliknya. Ini dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu terhadap yang lain,” tandas Menteri Nadiem.
Ia menjelaskan peran penting dari sebuah buku dalam meningkatkan kompetensi literasi dan menumbuhkan minat baca melalui analogi; jendela, pintu geser, dan cermin. Oleh karena itu, pemilihan buku yang tepat merupakan tujuan dari program Merdeka Belajar.
“Dari pengalaman saya bersama anak-anak saya, buku itu suatu jendela. Kenapa jendela? Karena dia bisa melihat keluar, ke dunia yang mungkin dia belum pernah tahu dan lihat, negera baru, budaya baru dan fantasi baru. Jendela ke dunia yang sangat berbeda dari dirinya. Dan buat anak-anak itu sangat menarik,” ungkapnya.
Kedua, jelas Nadiem, kalau ia berani dan percaya diri, ia akan menjadikan buku itu sebagai pintu yang bisa digeser untuk melewati pintu tersebut. Untuk dia bisa keluar dari zona nyamanya, keluar dari konteksnya sendiri. Masuk ke dalam dunia baru dan melatih imajinasinya. Ketiga, buku-buku yang terhebat benar-benar bisa menjadi cermin untuk anak-anak itu bisa melihat dirinya sendiri. Untuk refleksi mengenai apa yang terjadi dalam hidupnya, rumah tangganya, hungan dengan teman-temannya, orang tuanya dan guru-gurunya.
“Dan pemilihan buku yang tidak tepat dapat membuat penumbuhan minat baca sangat-sangat tidak efektif. Kebanyakan juga orang dewasa dan juga Kementerian kami pun selalu memberikan buku-buku yang salah dan menurut kita penting untuk anak-anak, padahal yang seharusnya adalah buku yang menarik untuk mereka baca. Sebenarnya kunci dari merdeka belajar adalah perubahan paradigma itu. Yuk, kita cari buku-buku yang seru buat anak-anak,” ajaknya.
Lebih lanjut Nadiem mengungkapkan bahwa ada terdapat 3 pilar penting yang harus diperhatikan dan juga dijalankan agar program buku bacaan bermutu dapat berjalan denga baik.
“Pada tahun 2022 melalui kerja sama Badan Bahasa, BSKAP, Ditjen PDM dan Ditjen GTK meluncurkan program Buku Bacaan Bermutu untuk kita. Ada 15 juta eksemplar buku untuk 20 ribu lebih PAUD dan SD yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia termasuk daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal (3T). Ada 3 pilar dari program ini yakni; pemilihan dan penjenjangan buku, cetak dan distribusi, pelatihan dan pendampingan. Tanpa 3 pilar ini nggak mungkin sukses, sangat membutuhkan 3 pilar ini supaya program ini benar-benar jalan,” papar Nadiem. (Yosi Bataona/rf-red-st)