Kantor Bahasa Provinsi NTT Gelar Bimtek Cerita Anak Berbasis Kearifan Lokal

0
190
Pembukaan kegiatan Bimbingan Teknis Penulisan dan Penerjemahan Cerita Anak Berbasis Kearifan Lokal di Provinsi NTT pada Selasa (11/04/2023) di Hotel Sotis Kupang.

Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar kegiatan Bimbingan Teknis Penulisan dan Penerjemahan Cerita Anak Berbasis Kearifan Lokal di Provinsi NTT pada Selasa – Sabtu, 11 – 15 April 2023 di Hotel Sotis Kupang. Kegiatan ini diikuti oleh 50 penulis dan penerjemah dari berbagai daerah di Provinsi NTT yang terpilih melalui proses seleksi.

Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT Elis Setiati, S.Pd., M.Hum., mengungkapkan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya pihaknya dalam menghadirkan bahan bacaan anak berbasis kearifan lokal dan menggunakan dwibahasa yakni, bahasa Indonesia dan bahasa daerah.

“Saat ini kesulitan kami adalah menemukan tulisan-tulisan yang berbahasa daerah yang ada di daerah-daerah di setiap kabupaten. Arahan dari Jakarta adalah menerjemahkan tulisan berbahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia. Maka dari itu kalau tidak ada kami harus mengadakan bimtek ini atau menyaring buku melalui penjaring tetapi ternyata yang dicari itu bukan cerita dari luar tapi lokalitas dan itu sulit sekali mencari dalam bahasa daerah kecuali tuturan adat,” ungkapnya.

“Kalau tuturan adat setengah mati juga karena dalam adat itu ada beberapa level yang tersulit itu tidak bisa diartikan dengan bahasa biasa. Akhirnya kita menyadari betapa luar biasanya bahasa daerah itu, maka dari itu mari kita pertahankan, mari kita lestarikan lewat salah satunya adalah penulisan cerita anak berbahasa daerah,” lanjutnya.

Bahasa daerah yang ditulis berbasis lokalitas, jelas Elis Setiati, bukan sesuatu yang mudah. Cerita yang dibangun harus mengandung suatu teknologi, suatu rekayasa, sehingga orang lain dalam hal ini anak-anak mampu membayangkannya.

“Contoh, kita membicarakan tenun. Ini berharga untuk orang NTT. Mari narasikan kepada seluruh anak dari pembaca jenjang terendah, bagaimana cara membuat tenun, bagaimana cara mendesainnya, tetapi dengan bahasa anak,” ujarnya.

Pose bersama panitia, narasumber, dan peserta.

Di akhir sambutannya, Elis Setiati meminta peserta untuk mengikuti kegiatan secara baik sehingga dapat menghasilkan narasi-narasi positif tentang Provinsi NTT melalui karya cerita anak.

“Mari kita menulis untuk Nusa Tenggara Timur karena 72 bahasa dan berkumpul sebagian di antaranya, itu luar biasa buat saya. Mudah-mudahan Bapak dan Ibu penulis mewakili gambaran Nusa Tenggara Timur dan nanti para narasumber yang hebat-hebat ini akan memberikan arahan yang meskipun Bapak dan Ibu sudah terisi penuh gelasnya, mari kita kosongkan dulu, kita masukan air yang dari luar sana. Mari narasikan NTT dengan hal-hal yang lebih baik lagi,” tandasnya.

Tingkatkan Kompetensi Menulis dan Menerjemahkan

Sementara itu Koordinator KKLP Penerjemahan Kantor Bahasa Provinsi NTT Kartikasari Dwi Rokhmah, S.S., menjelaskan, kegiatan Bimbingan Teknis Penulisan dan Penerjemahan Cerita Anak Berbasis Kearifan Lokal diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Provinsi NTT berdasarkan Pentunjuk Teknis Penerjemahan di Balai/Kantor yang disusun oleh KKLP Penerjemahan Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa di bawah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

“Kegiatan bertujuan agar penulis dan penerjemah dapat memiliki tempat berdiskusi yang kondusif dan meningkatkan kompetensi menulis dan menerjemahkan teks/buku cerita anak sehingga menghasilkan tulisan dan terjemahan cerita berbahasa daerah dan bahasa Indonesia yang menarik dan bermutu bagi pembaca anak-anak di Provinsi Nusa Tenggara Timur,” ungkapnya.

Lebih lanjut Kartikasari mengungkapkan, pendaftar di media sosial yaitu sebanyak 144 pendaftar. Dari 144 pendaftar diseleksi berdasarkan pengalaman menulis dan penguasaan bahasa daerah oleh KKLP Penerjemahan dibantu oleh Tim Teknis dan KTU Kantor Bahasa NTT.

“Sehingga terdapat 50 peserta dari 24 bahasa daerah terdiri atas satu hingga tiga penulis atau penerjemah Bahasa Alor dialek Mauta, Bahasa Sikka, Bahasa Tetun, Bahasa Manggarai, Bahasa Sabu, Bahasa Lamaholot, Bahasa Buna’, Bahasa Rongga, Bahasa Lio, Bahasa Helong, Bahasa Wersing, Bahasa Kabola, Bahasa Reta, Bahasa Dawan, Bahasa Kemak, Bahasa Kedang, Bahasa Anakalang, Bahasa Kodi, Bahasa Adang, Bahasa Nage, Bahasa Rote, Bahasa Abui, Bahasa Kambera, dan Bahasa Melayu Nagi,” ujarnya.

Pose bersama panitia, narasumber, dan peserta.

“Dua belas bahasa daerah pernah diterjemahkan di tahun 2021 dan 2022. Dua belas bahasa daerah belum diterjemahkan. Dua puluh enam peserta berasal dari luar Kota Kupang dan 24 peserta berdomisili di Kota Kupang,” lanjut Kartikasari.

Dalam kegiatan ini, lanjutnya, peserta akan diberikan materi penerjemahan, perjenjangan, teknik menulis cerita anak, swasunting selama 5 hari kegiatan sehingga dari kegiatan ini diharapkan setiap peserta dapat menulis 2 cerita anak dwibahasa.

“Selain itu kami dari KKLP meminta beberapa penerjemah untuk mendampingi proses penerjemahan bagi penulis berbahasa daerah pasif serta penerjemah juga kami minta menerjemahkan hasil seleksi buku pada Februari 2023,” ujarnya.

Pantauan media, hadir dalam acara pembukaan, Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT Elis Setiati, S.Pd., M.Hum., Koordinator Tata Usaha Irwan A. Pellondou, S.Kom., Koordinator KKLP Penerjemahan Kartikasari Dwi Rokhmah, S.S., dan sejumlah staf Kantor Bahasa Provinsi NTT. Hadir pula June Jakob, M.A. (UBB GMIT/Dosen) dan Benny Ramdani (Penulis/Editor) selaku narasumber, dan peserta kegiatan. (*RF/rf-red-st)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini