Rinto, siswa kelas X itu kebingungan karena HP yang disimpan di tasnya bisa hilang begitu saja padahal sebelum ia pergi menemui Ibu Sinta, wali kelasnya posisi tasnya terkunci. Dania yang baru saja kembali ke kelas pun mengamati Rinto yang asyik membongkar-bangkir tasnya. Ia mendatanginya untuk menawarkan bantuan.
“Rinto, kamu sedang mencari apa? Ada yang bisa aku bantu?,” tanya Dania.
“Begini, Dania. HP aku hilang,” jawab Rinto
“Kok bisa? Kamu simpannya di mana?,” tanya Dania terkejut
“Tadi, sewaktu aku pergi menemui ibu Sinta, aku simpan HP di dalam tas, kemudian aku kembali ke kelas, HP sudah tak ada lagi”.
“Menurutmu, siapa, ya, yang mencuri HPmu?”.
“Jujur, aku sama sekali tak tahu siapa yang mengambilnya. Aku berharap ada yang mau mengembalikannya”.
Dania tak mau kejadian pencurian HP terus merajalela di kelas, maka ia pergi menemui ibu Sinta, wali kelasnya untuk melaporkan kejadian ini. Lalu, mereka ke kelas dan ibu Sinta pun menanyakan ke semua siswa yang ada di kelas itu. Akan tetapi, tidak ada satu pun yang mau bersuara. Kemudian wali kelas mengatakan, jika tidak ada yang mau mengakui maka ia akan melaporkan kejadian ini ke Wakil Kesiswaan dan Polisi.
Mendengar perkataan Ibu Sinta yang serius, Sandro gemetar karena ketakutan kalau dirinya ketahuan mencuri HP.
Setelah pulang sekolah, Sandro pergi menemui ibu Sinta di ruang guru dan di sana ternyata ada Rinto dan Dania yang masih bersamanya. Ibu Sinta dalam diam penasaran dengan kedatangan Sandro menemuinya. Sontak, Dania menanyakan maksud apa Sandro menemui wali kelas.
“Sandro, boleh tahu apa tujuanmu menemui ibu Sinta?,” tanya Dania.
“Ada hal penting yang mau aku sampaikan ke ibu Sinta,” ucap Sandro.
“Ohhhh begitu. Jangan-jangan kamu yang mengambil HP Rinto?,” Dania mencurigai Sandro.
“Jangan asal tuduh ya, memangnya kamu ada bukti bahwa aku yang mengambil HP? Ini pencemaran nama baik. Aku akan melaporkan kamu ke polisi!”.
“Laporin saja, aku tak takut. Justru aku yang kasian sama kamu kalau ternyata terbukti kamu yang mengambil HP Rinto. Sungguh memalukan anak pejabat, seorang pencuri,“ Dania ledekin Sandro.
“Sudah, sudah jangan bertengkar lagi. Ibu ingin tahu apa yang ingin Sandro sampaikan”.
“Begini, Bu. Aku mohon kepada Ibu agar tidak lapor polisi soal HP Rinto yang hilang tadi pagi di kelas.”
“Maaf ya, Nak. Ibu tetap akan melaporkan ke polisi karena Ibu ingin karakter anak-anak di sekolah baik. Tidak ada yang curi”.
Ibu Sinta sangat mengharapkan kejujuran namun sama sekali tak ada yang mau mengakuinya. Rinto dan Dania pun setuju Ibu Sinta untuk melaporkan kejadian itu kepada polisi biar cepat ditemukan siapa pencurinya.
Sandro menundukkan kepalanya dan menangis. Ini membuat Rinto, Dania dan Ibu Sinta curiga. Ia ingin mengatakan hal yang sebenarnya kepada mereka sebab ia tak ingin ketahuan ayahnya bahwa dirinya ditahan di kantor polisi. Reputasi sang ayah dipertaruhkan karena memiliki anak seorang pencuri.
“Aku minta maaf, akulah yang mengambil HP Rinto,” ungkap Sandro menyesal.
“Nak, kenapa baru sekarang kamu mengakuinya?,“ tanya Ibu Sinta.
“Maaf, ibu. Aku takut dihajar teman-teman jika mereka tahu akulah penyebabnya”.
“Kamu sadar tidak, bahwa perbuatan kamu ini bisa melanggar hukum?,” tanya Ibu Sinta.
“Maafkan aku, Bu. Aku khilaf. Aku terpaksa mengambil HP Rinto agar aku bisa menjualnya untuk mendapatkan uang”.
“Kamu ini sebenarnya anak yang berkecukupan tapi kenapa kamu bisa mencuri?,” ucap Dania.
“Sejak seminggu ini aku sudah tak dapat uang jajan lagi dari Ayah. Aku sering main game online hingga larut malam dan tidak mengerjakan tugas di rumah maupun di sekolah. Aku sudah terbiasa memegang uang banyak. Aku sadar ternyata apa yang aku lakukan ini tidak bermartabat dan mempermalukan sekolah dan orang tuaku”.
“Baiklah Nak. Karena kamu sudah mengakui perbuatanmu maka ibu memaafkanmu. Ibu minta agar kamu mempertanggungjawabkan semua perbuatan kamu sesuai aturan sekolah dan menyesali tidak lagi melakukan tindakan pencurian ataupun tindakan buruk lainnya. Minta maaflah kepada Rinto dan Dania”.
Sandro menatap Rinto dan Dania meminta maaf atas perilaku buruk yang sudah ia lakukan. Ia berjanji bahwa ia akan segera mengganti HP Rinto yang telah ambil.
Terlepas dari perbuatan yang sudah dilakukan Sandro, ia masih memiliki niatan untuk berubah memperbaiki perilakunya. Ibu Sinta berpesan kepada mereka untuk melakukan hal-hal yang baik menghindar perbuatan buruk.
“Lakukan yang baik hindari yang jahat,” begitu pesan Ibu Sinta. (Penulis: Erliana M. N. Tjiputra, S.Pd., Guru SMKN 7 Kupang)