Paulus adalah tokoh besar dan terkenal dalam Gereja. Kebesaran dan keterkenalannya terbentuk dari pengalaman hidup, karya dan ajarannya. Pengalaman hidup Paulus dapat dibagi dalam tiga fase, yakni sebelum bertobat, berobat, dan sejak menjadi orang Kristen.
Paulus Sebelum Bertobat
Saulus lahir di Tarsus (Turki selatan) di Provinsi Kilikia, kota pelabuhan dan perdagangan internasional, kota peradaban, tempat pertemuan antara Timur dan Barat, antara tahun 5-15 M, dari keluarga Yahudi yang saleh keturunan Suku Benyamin. Saulus mewarisi kewarganegaraan Romawi dari orang tuanya yang memberinya kebebasan untuk dapat pergi masuk-keluar menjelajahi wilayah Romawi.
Paulus, sebelum bertobat adalah orang Farisi yang paling keras dalam agama Yahudi dan sangat fanatik dalam agama Yahudi. Saulus menyatakan dirinya sebagai orang Farisi berkaitan dengan pendiriannya terhadap hukum Taurat (tertulis dan lisan) yang menjadi pegangan kelompok Farisi. Karenanya, Saulus menganiaya jemaat Kristen dan berusaha membinasakannya yang mengimani Yesus Kristus adalah Mesias Anak Allah.
Ia dididik dengan beragam pengetahuan dalam tradisi-tradisi agama Yahudi baik di rumah sendiri maupun di Sinagoga. Saulus menjalani masa pendidikannya itu di sekolah Gamaliel selama lima tahun (antara tahun 20-25 M) dan menyelesaikan studinya pada usia 21 tahun dengan meraih gelar Farisi. Buah dari pendidikannya, menjadikan Saulus ahli di bidang keagamaan dibandingkan dengan penulis-penulis Perjanjian Baru. Hidup rohaninya ditentukan oleh latar belakang ke-Yahudi-an dan lingkungan Yunani.
Saulus seorang terdidik. Tapi, mengapa ia menganiaya Jemaat Perdana? Pertama, yaitu karena opini orang Kristen mengajarkan dan mewartakan bahwa Yesus yang dijatuhi hukuman mati tetapi telah dibangkitkan Allah adalah Mesias dan barangsiapa percaya kepada-Nya akan diselamatkan. Saulus tidak dapat menerima ajaran ini. Sebab seolah-olah ia sebagai orang-orang Yahudi yang sesat dan menyebarkan kesesatan dan murtad dari agama Yahudi. Fanatisme Saulus bukan hanya datang dari dalam dirinya, melainkan juga karena dukungan resmi dari lembaga agama resmi yang khawatir atas perkembangan Jemaat Perdana yang demikian cepat.
Alasan kedua, ia dididik sebagai orang Farisi, yang wajib menjaga tradisi adat leluhur bangsa dengan ketat serta untuk menjaga kekuasaan bangsanya supaya tidak ternoda. Maka ia terdorong untuk tanpa batas menganiaya orang-orang Kristen dan berusaha membinasakannya. Ia seorang agresor yang kejam, menganiaya dan membunuh orang-orang Kristen.
Paulus sebelum bertobat adalah seorang Yahudi yang hidup di bawah hukum Taurat sebagai norma tertinggi. Ia berusaha hidup sebagai seorang Farisi yang menganggap Hukum Taurat sebagai satu-satunya jalan menuju kedamaian dan keselamatan.
Paulus yang Bertobat
Ketika memasuki kota Damaskus di Syria, dalam rangka mengejar dan menangkap orang-orang Kristen, Saulus memperoleh pengalaman rohani yang mengubah seluruh arah dan semangat hidupnya. Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 34 M, ia diperkirakan berusia sekitar 21-29 tahun. Paulus rupanya, dipanggil lalu bertobat atau ditobatkan. Pertobatannya akibat perjumpaannya dengan Tuhan yang bangkit yang memanggil Paulus menjadi rasul untuk orang kafir. Perubahan nama dari Saulus ke Paulus bermakna simbolis, yakni perubahan dari tokoh Saulus yang melawan dan membenci Yesus Kristus dan para murid-Nya kepada tokoh Paulus yang membela dan mencintai Yesus Kristus dan Gereja-Nya. Ia melupakan yang di belakang dan mengejar yang di depan, Kristus.
Panggilan untuk bertobat baginya bukanlah suatu pertobatan dari dosa atau kejahatan kepada ketaatan dan kesusilaan, bukan berpaling dari kekafiran kepada iman akan Allah, atau dari kesesatan kepada kebenaran. Tapi panggilan itu berupa seruan rahmat ilahi kepada hidup dalam Yesus Kristus, yang sama sekali baru dan tak terukur tingginya. Pertobatannya adalah hadirnya Yesus dari rahmat dan iman yang baru, sebagai suatu pengetahuan yang berlimpah-limpah.
Titik balik pertobatan Paulus dapat diringkas, bahwa Paulus sebelum saat pertobatannya tiba, hidupnya seluruhnya berputar di sekitar Hukum Taurat, dan karena itu ia menjadi penganiaya jemaat Kristus. Tetapi pada waktu pertobatannya tiba, titik berat bergeser secara radikal, dari penganiaya menjadi hamba dan saksi Kristus ke seluruh dunia, melepaskan Hukum Taurat sebagai prinsip pertama dan terakhir dan menemukan Kristus Tuhan sebagai pusat kehidupan baru dan prinsip mutlak satu-satunya bagi orang-orang yang berada dalam Kristus. Paulus beralih dari nilai yang rendah ke nilai yang lebih tinggi. Ketaatan total pada Taurat dan tradisi sekarang ditempatkan di bawah ketaatan pada Yesus dan Injil-Nya. Dalam cahaya iman ini semangat Paulus berkobar dengan api Kristus yang hidup dalam dirinya untuk mewartakan Kristus.
Segera setelah pengalaman rohani itu, Saulus kemudian dibaptis di Damaskus. Peletakan tangan oleh Ananias atas Paulus mempunyai makna bukan hanya untuk menyembuhkan mata Paulus, tetapi juga untuk mencurahkan Roh Kudus ke atas Paulus, yang memilihnya menjadi alat pilihan Tuhan. Tuhan memilih Paulus secara khusus untuk mengakui dan memaklumkan nama-Nya di hadapan bangsa-bangsa, raja-raja, dan bangsa Israel. Jadi, pertobatan Paulus, adalah pengalaman mengenal dan memahami kekayaan Yesus Kristus, dimana Kristus menjadi prioritas dan ukuran tertinggi dalam hidupnya menjadi alasan dan dasar misinya.
Sejak Menjadi Orang Kristen
Paulus menjadi Kristen karena kasih dan kepedulian Allah terhadap dirinya, suatu tindakan “anugerah” Allah semata-mata. Peristiwa Damsyik merupakan sebuah kisah bagaimana rahmat ilahi mengubah hidup si penganiaya seperti Paulus untuk hidup dalam rahmat Allah.
Beberapa kisah Paulus dalam mengisi tahun-tahun kehidupannya menjadi Kristen: Sekitar tiga tahun setelah menjadi Kristen, Paulus pergi ke Yerusalem, ditemani Barnabas, untuk memperkenalkan diri kepada Petrus dan Yakobus. Dari Kaisaria, ia kembali ke Tarsus. Sekitar selama 5-6 tahun ia mewartakan Kristus di kota kelahirannya. Sekitar tahun 40, Paulus diajak oleh Barnabas untuk membantu mewartakan Kristus di Antiokhia, di Syria.
Kira-kira tahun 45-49, Paulus melaksanakan “perjalanan misioner” pertama, ditemani Barnabas dan Yohanes Markus. Perjalanan diakhiri dengan kehadiran Paulus di Yerusalem, untuk ikut dalam “konsili Gereja” yang pertama. Dan melaksanakan “perjalanan misioner” kedua, kira-kira tahun 49-52, ditemani Silas. Pada masa itu Paulus menulis kedua surat kepada umat Tesalonika. Sekitar tahun 53-58, Paulus melaksanakan “perjalanan misioner” yang ketiga, ditemani oleh Titus. Pada masa itu, Paulus menulis surat kepada umat di Galatia dan kedua surat kepada umat di Korintus, dan surat kepada umat di Roma.
Tahun 57-58, berkunjung lagi ke Yerusalem untuk menyerahkan hasil “kolekte” bagi umat miskin di Yerusalem. Akhirnya kira-kira tahun 64-67, Paulus ditangkap, ditahan dan dihukum mati di Roma dengan cara pemenggalan kepala, tak jauh dari kota Roma, atas perintah kaisar Nero.
Sejak menjadi Kristen, ia membangun dasar karyanya untuk bermisi. Dasar karyanya karena perjumpaan dan pengutusan Kristus kepadanya. Inti dari misinya adalah mengakui Kristus adalah Tuhan dan Penyelamat semua bangsa. Kunjungan misinya ke berbagai belahan dunia, ia mengalami sedikitnya tujuh perjumpaan personal dengan Kristus yang bangkit, dan isi dari setiap perjumpaan itu mengatakan hal yang sama bahwa Kristus yang mengutusnya itu selalu menyertai hidup dan pelayanan misinya.
Supaya pelayanan misinya berhasil, Paulus mempunyai startegi dan tujuan misi. Strategi misinya dimulai dengan bergerak dari kota-kota metropolitan menuju pedesaaan. Ia membentuk komunitas kristen, meneguhkan mereka melalui surat-surat, mengatur mereka melalui para penatua dan mengunjungi mereka semua. Tujuan misinya untuk memberitakan Injil rekonsiliasi antara Allah dan dunia di dalam diri Kristus kepada semua bangsa supaya mereka yang berada di luar Kristus yang tersesat hidupnya dalam penyembahan berhala dan menuju kehancuran akhirnya percaya dan taat kepada nama Kristus dan menjadi milik Kristus dan akhirnya memperoleh keselamatan. Inilah misinya.
Melalui hidup, ajaran dan karyanya misinya, barulah dapat disimpulkan tentang misinya. Misi menurut Paulus adalah dipanggil untuk mengimani Yesus yang wafat dan bangkit adalah Tuhan dan bersatu dengan Dia Pokok Damai dan Penyelamat, dan dalam persatuan ini diutus sebagai rasul Kristus untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa lain agar mereka beriman kepada Allah dan kembali kepada Bapa asal segala cinta dan misi dan akhirnya semua memperoleh anugerah keselamatan.
Guna mencapai misinya itu, Paulus menggunakan sarana metode dalam bermisi. Metode misinya adalah melalui surat-menyurat, pewartaan Injil, kotbah, doa, dan pengumpulan kolekte. Selain itu, ia juga bekerjasama dengan para kawan dalam karya misinya dan mempertahankan ajarannya melawan para lawan karya misinya. Ia pribadi yang konsisten dengan misi yang diterimanya khusus dari Dia Yang Bangkit, Kristus, supaya menjangkau semua bangsa dalam kasih dan teladan sambil mewartakan Injil tentang Kristus yang bangkit penyelamat semua bangsa.
Misi pewartaan Injil ini, merupakan tugas dan kegembiraan bagi Paulus, bahkan ia lebih gembira lagi bila harus mati demi Injil sebagai martir cinta. Kegiatan misioner menjadi jawaban atas cinta yang diberikan Allah kepada Paulus. Relevansi misi Paulus dapat dibahasakan bahwa pekerjaan yang kita lakukan sekarang entah sebagai misionaris awam atau religius merupakan panggilan dari Tuhan, dan menjalankan tugas secara maksimal dan sungguh-sungguh merupakan cara mewartakan Kristus dalam kekinian kita. (*)