Dinas PK NTT-BPMP NTT Gelar Pra Expose Rapor Pendidikan

0
358
Dok. BPMP NTT

Kota Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PK) Provinsi NTT bekerja sama dengan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi NTT menggelar kegiatan bertajuk “Pra Expose Rapor Pendidikan” pada Senin (03/06/2024). Kegiatan yang berlangsung secara daring tersebut diikuti oleh para Korwas dan Pengawas serta Kepala SMA/SMK/SLB se-NTT.

Dalam sambutannya, Kepala Dinas PK NTT Ambrosius Kodo, S.Sos., M.M., mengungkapkan, kegiatan tersebut berangkat dari diskusi serta keprihatinan pihaknya bersama BPMP NTT dan sejumah mitra pembangunan pendidikan sehubungan dengan rapor pendidikan satuan pendidikan khususnya pendikan menengah di Provinsi NTT.

“Saya kira tools-tools yang sudah diberikan oleh Kemendikbusristek bagi kita sudah sangat lengkap antara lain dengan rapor pendidikan satuan pendidikan ini. Melalui rapor pendidikan ini kita kemudian mengetahui atau diberitahu sebetulnya bahwa kita di dalam melaksanakan tugas di dalam rangka membangun kualitas pendidikan di satuan pendidikan kita terdapat hal-hal yang sebetulnya itu merupakan refleksi dari kita sendiri melalui asesmen nasional,” ungkapnya.

Kepala Dinas PK NTT Ambrosius Kodo, S.Sos., M.M.

Oleh karena itu Ambrosius Kodo berharap agar semua sekolah wajib mengikuti asesmen nasional. Dengan demikian kita bisa mengetahui sejauh mana potret pendidikan di satuan pendidikan kita masing-masing.

“Kemudian yang kedua, kita juga masih berhadapan dengan kondisi bahwa dari satuan pendidikan SLB/SMA/SMK ini belum semuanya mengunduh rapor pendidikan. Login presentasinya cukup tinggi, SLB 82%, SMA 89%, kemudian SMK 77% tetapi kita berharap minimal semua yang login itu mengunduh, karena kemudian ada selisih. SLB itu 82% login sementara yang unduh cuma 63%. Kemudian SMA itu ada sekitar 5% yang belum mendunduh, SMK 7%. Nah, ke mana mereka itu? Bagaimana mungkin dia belum unduh, dia mengetahui, dia dibantu untuk mengenal persoalan yang ada di satuan pendidikan masing-masing itu. Ini mesti menjadi perhatian kita bersama,” urainya.

Menurut Ambrosius Kodo, membangun kualitas pendidikan di NTT harus dilihat sebagai sebuah gerakan bersama dari semua kepala satuan pendidikan baik pendidikan luar biasa, pendidikan di SMA maupun SMK.

“Oleh karena itu kita akan menyelenggarakan expose rapor pendidikan dan kita akan memulai, kita akan mengundang Bapak/Ibu semua untuk kita pertemuan di Kupang. Kemudian setelah itu kita akan berkeliling dari daerah-daerah per kabupaten, lalu memberikan kesempatan kepada semua kepala sekolah dengan kategori tentu yang kalau sudah hijau mungkin kita prioritas kemudian tapi yang masih merah dan kuning, kita akan memberikan kesempatan kepada kepala satuan pendidikan untuk meng-expose rapor pendidikannya lalu apa yang harus kita kerjakan kemudian,” ujarnya.

“Kita perlu terus memastikan kelulusan alumni yang kita hasilkan, output yang kita hasilkan itu tidak sekadar lulus tetapi juga lulus dengan kualitas mumpuni sehingga mereka bisa bersaing bersama dengan alumni SMA/SMK di wilayah NTT maupun dari wilayah lain. Kita juga tahu bahwa tidak semua alumni SMA/SMK itu melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Berarti masih ada soal yang masih harus kita pikirkan bersama-sama,” lanjutnya.

SPM NTT Masih di Bawah Sandar

Dalam kesempatan tersebut, Ambrosius Kodo juga menyinggung terkait Standar Pelayanan Minimal (SPM) NTT yang masih di bawah standar yakni di bawah 60. Menurutnya, hal ini perlu menjadi perhatian bersama agar semua pihak terkait terus membenahi diri melalui kerja-kerja di satuan pendidikan masing-masing.

“Agar apa yang disyaratkan oleh negara sebagai kebutuhan dasar warga negara harus dipenuhi oleh negara bisa kita akomodasi sehingga SPM urusan pendidikan kita semakin lebih baik dari waktu ke waktu,” ungkapnya.

Tangkapan layar peserta kegiatan.

“Data dapodik kita saat ini menunjukkan jumlah satuan pendidikan menengah 1.010 satuan pendidikan terdiri dari 47 SLB, 623 SMA, dan 350 SMK yang terdiri dari sekolah negeri maupun swasta. Kita berharap agar semua sekolah nanti kemudian mengikuti asesmen nasional, juga nanti mengunduh, kemudian belajar dari hasil asesmen itu, apa yang harus dilakukan,” tambahnya.

Lebih lanjut Kadis Ambrosius meminta agar Dana BOS di tiap satuan pendidikan dapat digunakan secara profesional dengan merujuk indikator-indikator yang ada termasuk pada rapor pendidikan.

“Dana BOS itu tidak disusun begitu saja pemanfaatannya tetapi harus merujuk kepada hasil yang tertera pada rapor pendidikan. Apa masalah kita di situ, bahkan sudah dikasi tahu persoalannya apa, rekomendasinya apa, saya kita semakin mudah. Oleh karena itu, mari, kita manfaatka betul tools-tools yang sudah diberikan ini dalam rangka membangun satuan pendidikan kitaagar lebih baik dari waktu ke waktu,” tandasnya.

Identifikasi, Refleksi, Benahi

Sementara itu Kepala BPMP NTT Herdiana, S.T., MBA., dalam paparannya menyampaikan, pendidikan merupakan pilar utama dalam bangsa yang maju dan berdaya saing. Sekalipun demikian kita masih menghadapi sejumlah tantangan di antaranya terkait Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

“IPM kita masih terendah di NTT. Bagaimana untuk meningkatkan IPM, tentu salah satu pilarnya adalah pendidikan termasuk pendidikan menengah. Dalam hal ini kita berkumpul, Kepala SMA/SMK, mari kita bersama-sama untuk kita perhatikan PR-PR apa yang perlu kita terus evaluasi dan benahi,” ungkapnya.

Kepala BPMP NTT Herdiana, S.T., MBA.

“Peran kita sebagai pendidik dan pengelola pendidikan sangatlah vital. Salah satu upaya penting yang perlu kita lakukan adalah memahami betul rapor pendidikan di satuan pendidikan masing-masing. Ada istilah IRB, identifikasi, refleksi, benahi. Sejauhmana kita, mau tidak mau tidak bisa kita pungkiri bawah rapor pendidikan di NTT masih rendah. Masih banyak yang merah di literasi dan numerasi dan kenapa bisa dikatakan rendah, karena sampai dengan sekarang khususnya di penidikan menengah, kita masih belum tuntas SPM rapor pendidikannya. Masih di bawah 60. Minimal tuntas 60,” lanjutnya.

Data tersebut, jelas Herdina, menunjukkan bahwa kita masih perlu meningkatkan pemahaman terkait rapor pendidikan, dan bagaimana melakukan perencanaan berbasis data. Ia pun menyampaikan beberapa langka penting.

“Langkah pertama, identifikasi, yang harus kita lakukan adalah dalam konteks ini kita harus secara jeli mengidentifikasi berbagai masalah tentang tantangan yang dihadapi oleh sekolah. Tidak hanya akademis tapi juga nonakademis seperti kondisi sarpras, ketersediaan dan kualitas tenaga pendidik serta kesejahteraan peserta didik,” ujarnya.

“Setelah identifikasi, kita memahami. Setelah memahami, di aplikasi rapor pendidikan juga dibatnu bagaimana kita bisa merefleksikan. Kita melakukan langkah refleksi, berarti kita merenungkan dan mengevaluasi hasil identifikasi tersebut dengan kritis. Ini harus dilakukan secara mendalam dan menyeluruh melibatkan semua pihak yang terkait termasuk guru, siswa, orang tua dan masyarakat. Kita harus berani melihat kekurangan dan kelemahan yang ada serta mencari tahu akar permasalahannya. Dan di aplikasi rapor pendidikan, kalau Bapak/Ibu dalamin, pelajarin, itu sudah membantu,” jelasnya.

Ketua Tim Kerja 4 BPMP NTT Yandri Snae, S.T., M.T., memaparkan materi terkait Rapor Pendidikan NTT.

Lebih lanjut Herdiana menekankan, akar permasalahan tetap harus direfleksikan secara bersama dengan tenaga pendidikan dan kependidikan, orang tua, masyarakat, dan mitra pembangunan yang menjadi mitra kerja sama. Ia mentohkan, SMK bagaimapun harus bermitra dengan dunia usaha, dunia industri, dan dunia kerja.

“Setelah bisa memahami, merefleksikan bersama, mengetahui, langkah selanjutnya adalah benahi. Kita harus menyusun rencana aksi yang konkre dan terukur untuk mengatasi masalah yang ada. Benahi di sini berarti kita melakukan perbaikan secara menyeluruh, mulai dari perbaikan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, pengadaan sarpras yang memadai hingga peningkatan kesejahteraan guru dan siswa,” jelasnya. (RF/rf-red-st)

 

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini