Keuntungan Jiwa Seni bagi Para Calon Pemimpin

0
1017
Oleh Marianus Seong Ndewi, S.Pd., M.M., Guru Seni Budaya SMAN 4 Kupang, Ketua Yayasan Pustaka Pensi Indonesia (YASPENSI)

Kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) lagi marak di jagad raya. Debat, kampanye, serangan, strategi, rayuan, imbauan, permintaan, dorongan, hingga paksaan, melebur jadi satu. Ada moto, ada logo, ada slogan, hingga buku. Ada tim, ada relawan, ada pasukan, ada algojo, ada gerakan, hingga gesekan, bak barang biasa yang memang menjadi biasa; kadang paradoks – menyenangkan sekaligus meresahkan. Kata orang: seni. Enak.

Dalam diskusi-diskusi di warung kopi, bersama anak-anak mahasiswa, topik yang berat untuk dicerna adalah: adakah calon pemimpin kita yang berjiwa seni? Lalu bagaimana cara melihatnya? Bagaimana cara menilainya? Bagaimana cara mempelajarinya?

Berjiwa Seni

Berjiwa seni merujuk pada karakter atau sifat seseorang yang memiliki kecenderungan, minat, atau bakat dalam bidang seni. Ini mencakup kemampuan untuk menghargai, menciptakan, dan mengekspresikan ide, gagasan dan atau emosi melalui berbagai bentuk seni, seperti seni visual, musik, teater, atau sastra. Orang yang berjiwa seni biasanya memiliki kreativitas, yakni kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan inovatif.

Juga ekspresi emosional, yakni kecenderungan untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman secara artistik. Berjiwa seni juga memiliki keterbukaan terhadap keberagaman untuk mampu mengapresiasi terhadap berbagai bentuk seni dan budaya. Dan juga berjiwa seni yakni memiliki sensitivitas, yakni kemampuan untuk merasakan dan memahami nuansa emosional di sekitar mereka.

Secara keseluruhan, berjiwa seni berarti memiliki pemahaman dan penghargaan yang dalam terhadap seni serta kemampuan untuk menciptakan atau menikmati karya seni dengan cara yang mendalam.

Pemimpin dan Jiwa Seni

Di jaman yang semakin kompleks dan dinamis ini, calon pemimpin diharapkan memiliki berbagai kemampuan dan kualitas. Salah satu aspek yang sering kali diabaikan namun sangat penting adalah jiwa seni. Kelebihan jiwa seni bagi calon pemimpin tidak hanya bermanfaat dalam konteks seni itu sendiri, tetapi juga memberikan dampak yang signifikan dalam kepemimpinan.

Ada beberapa kelebihan jiwa seni bagi calon pemimpin. Pertama; meningkatkan kreativitas: jiwa seni mendorong pemimpin untuk berpikir kreatif. Dalam menghadapi berbagai tantangan, pemimpin yang memiliki kemampuan untuk berpikir di luar kebiasaan akan lebih mampu menemukan solusi inovatif. Kreativitas ini juga memungkinkan mereka untuk merancang strategi yang menarik dan efektif. Kedua; kemampuan berkomunikasi yang lebih baik: seni adalah bentuk komunikasi yang kuat. Pemimpin dengan jiwa seni cenderung memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik, baik secara verbal maupun non-verbal. Mereka mampu menyampaikan ide dan visi mereka dengan cara yang inspiratif dan memengaruhi orang lain untuk mendukung tujuan bersama.

Ketiga; empati dan keterhubungan emosional: seni sering kali mencerminkan pengalaman manusia dan emosi. Calon pemimpin yang memiliki jiwa seni lebih mampu merasakan dan memahami perasaan orang lain. Kemampuan ini sangat penting dalam membangun hubungan yang kuat dan menciptakan lingkungan kerja yang harmonis. Keempat, mendorong inovasi dalam tim: pemimpin yang memiliki jiwa seni dapat menciptakan suasana yang mendukung inovasi dalam tim. Mereka mendorong anggotanya untuk mengekspresikan ide-ide mereka secara bebas, sehingga menciptakan atmosfer di mana setiap orang merasa dihargai dan termotivasi untuk berkontribusi.

Kelima; memahami dan menghargai keberagaman: seni mencakup banyak bentuk dan budaya yang berbeda. Pemimpin dengan jiwa seni cenderung lebih menghargai keberagaman dan inklusi. Mereka memahami bahwa perbedaan adalah kekuatan yang dapat memperkaya pengalaman dan perspektif dalam pengambilan keputusan. Keenam; keterampilan beradaptasi: dunia seni sering kali berubah dengan cepat, sama seperti dunia bisnis dan politik. Calon pemimpin yang memiliki jiwa seni biasanya lebih fleksibel dan mampu beradaptasi dengan perubahan. Mereka tidak hanya dapat menghadapi tantangan baru, tetapi juga melihat peluang dalam situasi yang tidak terduga. Ketujuh; membangun visi yang inspiratif: pemimpin dengan jiwa seni memiliki kemampuan untuk membangun visi yang jelas dan inspiratif. Mereka dapat menggambarkan masa depan yang menarik dan memotivasi orang lain untuk mengambil bagian dalam pencapaian visi tersebut.

Pemimpin Berjiwa Seni

Pemimpin-pemimpin dunia, pengusaha-pengusaha besar dunia, juga memiliki jiwa seni. Berikut adalah beberapa contoh konkret pemimpin yang memiliki jiwa seni dalam kepemimpinan mereka. Pertama; Barack Obama. Sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44, Barack Obama dikenal memiliki kemampuan berbicara yang luar biasa. Dia sering menggunakan retorika yang puitis dan naratif untuk menyampaikan pesannya, menciptakan koneksi emosional dengan masyarakat. Buku-buku dan pidatonya sering kali mencerminkan pemahaman mendalam tentang seni komunikasi (speech arts). Kedua; Jacinda Ardern. Mantan Perdana Menteri Selandia Baru ini, menunjukkan sisi empati dan kepekaan dalam kepemimpinannya. Dia menggunakan pendekatan yang humanis, terutama dalam menangani krisis, seperti penembakan masjid di Christchurch. Kemampuannya untuk berkomunikasi dengan penuh perasaan menciptakan rasa solidaritas di masyarakat. Ketiga; Richard Branson. Pendiri Virgin Group, Richard Branson, dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang kreatif dan inovatif. Dia sering menggabungkan pendekatan seni dalam bisnis, seperti dalam desain produk dan pemasaran. Branson juga mendukung berbagai inisiatif seni dan budaya, menunjukkan bahwa seni dan bisnis dapat berjalan beriringan.

Keempat; Mahatma Gandhi. Ia menggunakan seni sebagai alat untuk menyampaikan pesan perdamaian dan ketidakberdayaan. Melalui aksi non-kekerasan dan simbol-simbol sederhana, ia berhasil menginspirasi jutaan orang untuk memperjuangkan kemerdekaan India. Pendekatannya yang kreatif dalam berjuang menciptakan dampak yang luas. Kelima; Angela Merkel. Mantan Kanselir Jerman ini, sering menggunakan logika dan analisis yang mendalam, tetapi juga menunjukkan sisi humanis dalam kepemimpinannya. Dalam berbagai krisis, termasuk krisis pengungsi, dia mampu mengkomunikasikan kebijakan dengan cara yang empatik dan menyentuh. Keenam; Elon Musk. CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, dikenal dengan visinya yang futuristik dan pendekatan inovatif. Dia sering menggunakan seni dalam presentasi produk dan pemasaran, menciptakan pengalaman yang menarik bagi konsumen. Karyanya menggabungkan teknologi dengan elemen estetika yang menarik.

(Jiwa) Seni dan Keuntungan bagi Masyarakat

Seni (jiwa seni) dapat menjadi jembatan yang efektif dalam menyelesaikan konflik di Masyarakat luas. Sebagai ‘media’, seni memiliki beragam strategi untuk mengkomunikasikannya. Beberapa keuntungan tersebut, pertama; membangun dialog: seni, seperti teater, musik, dan seni visual, dapat menciptakan ruang untuk dialog. Pertunjukan atau pameran seni yang mengangkat tema konflik dapat memfasilitasi percakapan antara pihak-pihak yang berkonflik, membantu mereka untuk saling memahami perspektif satu sama lain. Kedua; mengungkapkan emosi: seni memungkinkan individu untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman mereka yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata. Melalui seni, orang dapat berbagi rasa sakit, kemarahan, atau harapan, yang dapat membantu meredakan ketegangan emosional.

Ketiga; mempromosikan empati: karya seni yang menggambarkan cerita atau pengalaman orang lain dapat meningkatkan empati. Saat masyarakat melihat dan merasakan apa yang dialami orang lain melalui seni, mereka lebih mungkin untuk memahami dan menghargai sudut pandang yang berbeda. Keempat; menggali akar masalah: seni dapat digunakan untuk mengungkap dan menganalisis akar penyebab konflik. Proyek seni yang melibatkan penelitian dan refleksi dapat membantu masyarakat memahami dinamika yang mendasari konflik, seperti ketidakadilan sosial atau kesenjangan ekonomi.

Kelima; menciptakan ruang aman: kegiatan seni dapat menciptakan lingkungan yang aman bagi individu untuk berbagi pengalaman dan pendapat mereka. Ini bisa menjadi ruang di mana orang merasa terlindungi untuk berbicara tentang isu-isu sensitif tanpa takut akan konsekuensi. Keenam; mendorong kolaborasi: proyek seni kolaboratif dapat menyatukan orang-orang dari latar belakang berbeda untuk bekerja menuju tujuan bersama. Kerja sama ini dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan mengurangi rasa permusuhan. Ketujuh; pendidikan dan kesadaran: karya seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan untuk meningkatkan kesadaran tentang isu-isu yang menyebabkan konflik. Ini dapat membantu masyarakat untuk lebih memahami tantangan yang dihadapi dan mendorong tindakan kolektif untuk menyelesaikannya.

Berjiwa seni memiliki potensi besar dalam menyelesaikan konflik dalam masyarakat. Dengan menciptakan ruang untuk dialog, meningkatkan empati, dan mendorong kolaborasi, seni dapat membantu menjembatani perbedaan dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis. Melalui pendekatan ini, masyarakat dapat menemukan jalan menuju penyelesaian yang konstruktif dan berkelanjutan, Pembangunan menjadi massif, berkelanjutan, kreatif, inovatif, dan progresif.

Salam seni untuk para calon pemimpin. Jiwa-raga, ko?

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini