PEMBELAJARAN merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, dan objek yang ingin dipelajari. Tanpa salah satu unsur ini, maka pembelajaran terasa hampa. Pembelajaran dikatakan klop apabila ada interaksi antar keduanya ataupun ketiganya. Pembelajaran di jenjang SMA/SMK, tingkatan pemahaman dan analisisnya lebih tinggi, demikian matapelajarannya lebih banyak dibandingkan jenjang SD dan SMP. Untuk mata pelajaran Kimia pada jenjang SMK mengalami perubahan, yakni semua mata pelajaran IPA (meliputi kimia, fisika dan biologi) dan IPS (meliputi geografi dan ekonomi) digabung menjadi satu yaitu mata pelajaran Projek IPAS.
Mata Pelajaran Kimia atau Ilmu Kimia sebagai ilmu eksakta ataupun ilmu pasti sering oleh siswa dikatakan dan dirasakan sebagai pelajaran yang sulit selain matematika dan Bahasa Inggris. Dalam pembelajaran kimia, pembuktian akan suatu konsep materi tidak hanya dilakukan dengan bicara panjang lebar, menjelaskan materi ceramah ataupun dengan mencatat materi yang banyak. Pembelajaran kimia harus dibuktikan dengan percobaan ataupun praktikum sederhana yang tujuannya untuk membuktikan kebenaran terhadap suatu konsep materi. Karenanya pembelajaran yang dilaksanakan biasanya bervariasi dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran maupun metode praktikum yang tepat.
Materi yang terkandung dalam ilmu Kimia juga bersifat konkrit. Salah satu contohnya adalah reaksi kimia, yakni korosi (perkaratan). Dalam materi ini jika guru menjelaskan panjang lebar tentang korosi maka peserta didik akan bingung bahkan tidak mengerti. Tetapi jika guru dapat menerapkan metode praktikum terkait dengan korosi maka siswa akan lebih cepat paham tentang reaksi kimia yang terjadi. Materi yang bersifat konkrit dapat dirasakan secara nyata. Dengan melakukan hal demikian dapat merubah pemikiran siswa terhadap materi kimia yang dinilai abstrak, sulit, persepsinya menjadi berubah bahwa Kimia itu mata pelajaran yang menyenangkan, mudah dan dapat dipahami serta terasa nyata.
Di kalangan masyarakat diluar gerbang sekolah, ada anggapan bahwa Kimia itu dikaitkan dengan sesuatu yang membahayakan, merugikan, menakutkan dan bahkan mematikan. Pemikiran ini berdasar ke kehidupan masa lalu, bahwa sebelum penggunaan kimiawi secara publik dan bebas, manusia mengonsumsi asupan gizi secara alami dan memiliki tubuh yang sehat serta jauh dari sakit penyakit.
Bila kita merefleksikan kehidupan, ternyata segala sesuatu yang kimia sering dijumpai, digunakan/dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Kimia tak bisa dihindari, dan juga tidak bisa diabaikan. Hampir semua aktivitas manusia berhubungan dengan kimia. Contoh kecil, jika seseorang ingin bepergian maka hal pertama yang dibuatnya adalah membersihkan diri menggunakan sabun mandi, menggosok gigi dengan pasta gigi, mencuci rambut sengan shampo. Setelah membersihkan diri dilanjutkan dengan perawatan diri menggunakan skincare, deodoran, bedak, lipstick, parfum, vitamin rambut. Saat sarapan, makanan yang dikonsumsinya menggunakan bahan garam, dan penyedap rasa. Selanjutnya, ketika ia akan bepergian menggunakan kendaraan, maka diperlukan bahan bakar.Ternayata semuanya berhubungan dengan kimia.
Kegiatan rutinitas harian akan berlanjut secara menerus berhubungan dengan sang objek utama “sesuatu yang berbau kimia.” Di saat sakit pun orang akan berusaha mencari cara untuk mengobati yang diderita dengan mengonsumsi obat-obatan. Komposisi dari obat-obatan mengandung bahan-bahan kimia. Kenyataannya bahwa pada saat ini memang kimia itu merupakan sesuatu yang diperlukan. Mau atau tidak mau, suka tidak suka pasti kita selalu berhubungan dengan kimia.
Setelah lewati refleksi dan realitas hidup yang dihayati dan dijalaninya, maka timbul kesadaran kolektif perubahan pemikiran dari yang sebelumnya menganggap bahwa kimia itu sesuatu yang membahayakan, merugikan menakutkan bahkan mematikan dan kimia hanya memiliki nilai negatif. Kini, timbul pemahaman baru yang lebih progresif dan positif bahwa kimia itu dekat dengan kita, kebutuhan primer manusia. Ia bukanlah musuh, melainkan teman. Di tangan kitalah kimia itu bermanfaat positif bagi banyak orang ataukah berdampak negatif bagi kaum manusia.
Dengan demikian, dalam pembelajaran K,imia antara teori dan praktik harus sejalan, ada kohesi dan korelasi dengan kenyataan hidup dan penerapannya dalam kehidupan. Ibarat kehidupan, ada hak maka akan ada kewajiban, ada teori harus ada praktik. Ilmu kimia tidak hanya sekedar kata melainkan dilengkapi Tindakan sadar. Kimia tidak sekadar bicara terkait teori akan tetapi lebih baik dilakukan dengan praktikum ataupun percobaan untuk membuktikan kebenaran akan suatu konsep materi kimia. Kebenaran adalah persesuaian antara apa yang saya omongkan dengan apa yang saya perbuat; ada korelasi antara teori di kelas dengan praktik di laboratorium dan penerapannya di hidup bermasyarakat. (Editor: Patrisius Leu, S.Fil./rf-red-st)